12/14/2015

Cinta di Mata Pena: Menulis Adalah Jalan Mencari Cinta Allah

Menulis Karena Allah

Pernahkah kamu merasakan hal seperti ini?
Kala pikiranmu seolah menumpul sesaat setelah kalimat pertama kutuliskan. Kamu tidak tahu alur ide yang hendak kauuraikan. Sesaat kamu terdiam. Gairah pun rebah. Tapi apakah kamu mau menyerah? Yang sudah kamu tulis sebagian harus kau selesaikan. Hingga bertemu titik penghabisan.

Bagaimana Allah tidak akan mencintaimu, sementara Dia memerintahkan manusia untuk membaca?

Dia pun bersumpah dengan pena dan segala yang dituliskannya. 

Bagaimana Dia tidak akan mencintaimu bila kamu adalah pemegang pena yang dengan perantaraannya ilmu pengetahuan diajarkan?

Bagaimana Dia tidak akan mencintaimu bila pena yang kaupegang bergerak lincah menuliskan penyemangat kebaikan bagi setiap insan?

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila penamu kau asah tajam menebas lidah para pendusta agama serta kebohongan dan kebodohan yang mereka tebarkan?

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila dengan pena kau wariskan catatan keutamaan para ksatria pemulia umat yang tergilas di medan perang? 

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila penamu beraksi mengajak manusia mengenal lalu tunduk patuh pada risalah para Rasul yang tiada pernah jengah menyampaikan?

Adakah kau menulis sesuatu yang bermakna? Sudahkah kau menulis hari ini? Sudahkah kau ikat ilmu yang kau serap siang tadi hingga menjelang kau terlelap? Sudahkah kau mengambil pelajaran dari dua jam pertama pagimu, mulai saat kau membuka mata, menyadari Dia Yang Maha Hidup melepaskan ruhmu kembali menyarang di jasad?

Apakah yang mengahalangimu menulis, sahabatku?
Rasa malas atau rasa ketidakmampuan yang merongrong jiwamu untuk tetap menjadi penonton di arena luas kepenulisan? 

Ayolah kawan, kita mulai menulis. Percayalah itu tak akan sia-sia, karena menulis adalah kejujuran jiwa.
Sudahkah kamu menulis hari ini, kawan?

0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: