Kerentanan Genetik
Jika permasalahan toksisitas vaksin tidak dapat diselesaikan, sepertinya dr. Chen berkata, karena itu kita harusnya menerima (kenyataan) adanya anak-anak yang terbahayakan oleh vaksin.
Dokter Brent menyatakan dirinya mengetahui tidak ada data kerentanan genetik yang dikenali dari merkuri. Karena itu, dia yakin tidak ada batas toksisitas yang pasti. Maksudnya, semua orang rentan terhadap merkuri berdosis sama dan tidak ada kelompok yang hipersensitif secara genetik.
Adalah fakta, sebuah penelitian baru menemukan adanya kerentanan genetik pada tikus. Pada penelitian itu, mereka mendapati tikus-tikus yang rentan terhadap autoimunitas mengembangkan efek neurotoksik pada hipokampus, termasuk eksitotoksisitas, yang tidak terlihat pada tikus jenis lain. Mereka bahkan berhipotesis bahwa hal yang sama terjadi pada manusia, karena autoimunitas keluarga meningkatkan kemungkinan autisme pada keturunannya. (Hornig M, Chian D, Lipkin WI: Neurotoxic Effect of Postnatal Thimerosal are Mouse Strain Dependent, Mol Psychiatry, 2004 (in press)).
Untuk kutipan selanjutnya, kita perlu membahas lebih dalam untuk memahami maknanya. Mereka mendiskusikan fakta bahwa dalam penelitian dr. Verstraeten, ditemukan hubungan mengerikan antara dosis thimerosal yang lebih tinggi dan masalah-masalah dalam perkembangan saraf, termasuk ADD dan autisme.
Yang menjadi masalah pada studi itu adalah sedikitnya anak yang mendapat vaksin tidak berthimerosal, kelompok kontrol asli yang tidak dipakai. Alih-alih, mereka menggunakan anak-anak yang menerima 12,5 µg merkuri sebagai kontrol dan bahkan ada beberapa yang ingin memakai dosis control 37,5 µg. Maka, kelompok kontrol pun memiliki level merkuri yang sungguh bisa menyebabkan masalah-masalah perkembangan saraf.
Bahkan dengan kekeliruan mendasar ini, ditemukan suatu korelasi positif yang kuat antara dosis merkuri yang diberikan dan masalah perkembangan saraf ini.
Dalam penelitian, diharapkan mereka membandingkan kelompok anak yang menerima vaksin berthimerosal dengan yang tidak. Kenyataannya, kita kemudian tahu bahwa mereka memiliki sejumlah besar kelompok anak yang bebas thimerosal yang bisa dipakai sebagai kelompok kontrol. Tampaknya, selama dua tahun sebelum konferensi ini digelar, Bathesda Naval Hospital hanya memakai vaksin bebas thimerosal untuk mengimunisasi anak-anak. Mereka mengetahuinya dan saya kira seseorang memberitahu dr. Verstraeten tentang fakta penting ini sebelum dia melakukan penelitian.
Sekarang, tentang kutipan itu. Dokter Braun merespon ide untuk memulai sebuah studi baru dengan memakai kontrol yang bebas thimerosal, katanya, “Tentu kita akan memperoleh jawaban dalam masa lima tahun. Pertanyaannya adalah, apa yang bisa kita lakukan dengan data yang kita miliki sekarang?” (halaman 170)
Kita punya jawaban atas pertanyaanya, mereka hanya menutupi penelitian ini, menyatakan bahwa thimerosal tidak bermasalah dan melanjutkan kebijakan yang tidak berubah itu. Dengan begitu, mereka bisa merekomendasikan kepada pabrikan vaksin untuk membuang thimerosal namun tidak mewajibkannya, atau memeriksa vaksin untuk memastikan bahwa thimerosal telah dihilangkan.
Mari kita intip seberapa besar kita bisa mempercayai pabrik-pabrik farmasi untuk melakukan hal yang benar. Sejumlah laporan tentang pelanggaran-pelanggaran besar terhadap kebijakan pembuatan vaksin telah disitat oleh lembaga-lembaga regulasi. Diantaranya, dalam mendapatkan donasi plasma tanpa melakukan pengecekan riwayat yang memadai terhadap donor seperti paparan penyakit dan masalah kesehatan yang dialami sebelumnya, penyimpanan catatan para donor yang seadanya, dan ketidaktepatan dalam prosedur dan penyerahan spesimen.
Bahwa ini bukanlah pelanggaran kecil ditegaskan dengan ditemukannya seorang wanita dengan penyakit varian sapi gila yang diizinkan untuk mendonorkan plasmanya untuk dipakai dalam pembuatan vaksin di Inggris. Hal itu baru ketahuan setelah plasma yang terkontaminasi dikombinasi dan dipakai untuk membuat jutaan dosis vaksin, yang dengan demikian penyakitnya ditemukan. Para pejabat kesehatan Inggris berkata kepada jutaan orang yang divaksin agar tidak mengkhawatirkannya, karena kami tidak berpikir bila vaksin akan benar-benar menyebarkan penyakit itu.
Kontaminasi vaksin juga menjadi permasalahan utama di negeri ini, seperti pelanggaran perundangan yang jelas ini. Penting pula dicatat bahwa tidak ada denda yang dibebankan, pelanggar hanya diberi peringatan.
------ Bersambung -------
0 comments:
Post a Comment
I'd love to hear you saying something: