hidup tanpa internet |
Bagaimanakah rasanya?
Setidaknya selama satu dekade ini aku telah akrab dengan jaringan internet. Sepuluh tahun terakhir ini malah bisa menggenggam mayantara di tangan alias berinternet via ponsel. Nah, bilamana suatu saat tidak ada lagi internet, kira-kira apa yang akan terjadi dengan hidupku? Apa pula yang akan terjadi dalam hidupmu yang, dalam asumsiku, telah juga menggunakan internet setiap harinya?
Yang pasti, suatu saat nanti kita akan kembali ke zaman serba manual. Zaman batu. Segala fasilitas, teknologi berbasis bahan bakar minyak akan kolaps. Yang tinggal hanya peralatan yang musti dioperasikan dengan tangan. Otomatis, jaringan internet juga punah. Siapkah bila masa itu secara tiba-tiba menghampiri kita?
Dari pagi hingga sore ini listrik di daerahku mati total. Karena kami telah terbiasa menggunakan listrik untuk aneka keperluan, jadilah kami kalang kabut. Sejumlah pekerjaan terbengkalai. Sore ini aura kegelapan menyergap, membuat sesak rasa di hati ini. Kami jadi lebih malas dalam melakukan sesuatu. Apalagi, hujan juga turun. Udara dingin menghampar, membuat rasa malas menjadi-jadi.
Nah, itu baru listrik yang mati sehari. Bagaimana jika keadaan ini berlanjut dalam hitungan bulan, bahkan tahun, tanpa listrik, tanpa minyak bumi? Mampukah kita bertahan hidup sembari terus menebar kebaikan dan memakmurkan bumi? Maukah kita membela diri dari musuh-musuh yang mengintai, hendak merampas harta kita, kehormatan kita, dan keimanan kita?
Bilamana skenario itu terjadi, tidak bisa tidak kita harus siap. Untuk bisa menjadi siap, kita perlu mendidik diri untuk tidak bergantung pada sistem yang sekarang ini membuat pekerjaan kita mudah. Kemudahan-kemudahan itu bila tidak diwaspadai akan membuat kita terlena. Kita secara tidak sadar menjadi makhluk yang lebih manja daripada orang tua atau kakek nenek kita. Mungkin, anak-anak kita akan menjadi semakin manja.
Mati listrik seperti ini tetap akan berarti jika kita mau sedikit berpikiran terbuka. Daripada mengeluh sembari mengutuki PLN Karena kinerjanya yang amburadul, mengapa tidak kita ubah peristiwa ini menjadi kesempatan untuk melatih diri menjadi lebih tangguh. Kita tetap bisa melakukan pekerjaan kita secara manual dan anggaplah itu sebagai pengasah ketrampilan untuk hidup off-grid. Hidup yang terbebas dari segala sistem (penerangan, keuangan, kesehatan, dan lain-lain).
Kita bisa mulai dengan, misalnya menimba air sumur dengan kerekan, membuat lampu berbahan bakar minyak jelantah, menampung air hujan dan menyaringnya dengan saringan air rakitan sendiri, membuat perapian untuk berabagai fungsi, dan lain sebagainya.
Tanpa internet, tidak akan ada lagi komunikasi instan jarak jauh. Kita tidak lagi bisa mengetahui kabar berita dan kondisi dunia terkini. Kita benar-benar harus mengandalkan diri sendiri
0 comments:
Post a Comment
I'd love to hear you saying something: