Kesimpulan oleh Kelompok Kajian
Di akhir konferensi, sebuah poling berisi dua pertanyaan diedarkan. Pertama, ‘Apakah menurut Anda terdapat data yang mencukupi untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat antara penggunaan vaksin berthimerosal dan tertundanya perkembangan saraf?’ Kedua, ‘Menurut Anda, perlukah penelitian lebih lanjut dilakukan berdasarkan hasil kajian ini?’
Pertama, mari kita lihat beberapa komentar mengenai penelitian lanjutan. Dokter Paul Stehr-Green, Associate Professor of Epidemiology di University of Washington School of Public Health and Community Medicine, yang memvoting iya, memberikan alasannya, “Implikasinya sangat besar sehingga ini harus diuji lebih lanjut.”(halaman 180) Tetapi, dr. Brent mengungkapkan kekhawatirannya bila para pengacara akan mengetahui informasi ini dan mulai mengajukan tuntutan hukum. Katanya, “Mereka menginginkan bisnis dan kemungkinan ini bisa menjadi bisnis yang besar.” (halaman 191)
Baca dulu: Kebenaran di Balik Rahasia Vaksin - Bagian 1
Dokter Loren Koller, seorang ahli patologi dan imunotoksikologi di College of Veterinary Medicine, Oregon State University, perlu kita beri ucapan selamat karena dia menyadari bahwa ada lebih banyak zat yang terlibat di dalam vaksin, tidak hanya etilmerkuri. (halaman 192) Dia menyebutkan aluminium dan bahkan bahan-bahan virus yang dipakai sebagai kemungkinan yang lain. Ini penting, khususnya terlepas dari identifikasi dr. Gherardi mengenai macrophagic myofascitis, sebuah kondisi yang menyebabkan kelemahan yang parah dan sindrom neurologis ganda, yang sangat menyerupai sklerosis ganda. Baik kajian pada manusia maupun binatang sama-sama menunjukkan suatu hubungan sebab yang kuat dengan aluminium hidroksida atau aluminium fosfat yang digunakan sebagai adjuvan vaksin. Ada lebih dari 200 kasus di negara-negara Eropa dan di Amerika Serikat yang sudah diidentifikasi dan dideskripsikan sebagai ‘penyakit yang muncul.’
Berikut ini beberapa masalah neurologis yang diketahui terkait dengan penggunaan aluminium hidroksida dan aluminium fosfat dalam vaksin. Pada dua anak berusia 3 dan 5 tahun, dokter-dokter di All Children’s Hospital di St. Petersburg, Florida, mendeskripsikan pseudo-obstruksi usus besar kronis, retensi urin dan temuan-temuan lain yang menunjukkan hilangnya sistem saraf otonom tergeneralisasi (disotonomia difus). Anak yang berusia 3 tahun mengalami keterlambatan perkembangan dan hipotonia (hilangnya tonus/kontraksi otot). Biopsi pada tempat penyuntikan vaksin pada anak-anak itu menunjukkan peningkatan level aluminium.
Dalam suatu penelitian terhadap 92 pasien yang mengalami sindrom yang muncul ini, 8 orang diantaranya berkembang menjadi demielinasi (robeknya selubung myelin) sistem saraf pusat alias sklerosis ganda. [Authier FJ, Cherin P, dkk, Central Nervous System Disease in Patients with Macrophagic Myofascitis, Brain 2001; 124: 974-983] Kelainan ini termasuk gejaja sensorik dan motorik, hilangnya penglihatan, disfungsi kantung kemih, tanda-tanda cerebellar (hilangnya keseimbangan dan koordinasi) dan kelainan perilaku.
Dokter Gherardi, dokter Perancis yang pertama kali menjelaskan kondisi itu pada tahun 1998, telah mengumpulkan lebih dari 200 kasus yang telah terbukti, yang sepertiganya mengembangkan penyakit autoimun, seperti sklerosis ganda. Yang sangat penting dalam penemuan beliau adalah, terdapat bukti stimulasi imun yang kronis yang disebabkan oleh aluminium yang diinjeksikan --yang dikenal sebagai adjuvan imun yang sangat kuat-- bahkan ketika penyakit autoimun jelas-jelas tidak ada.
Ini sangat penting karena ada bukti yang melimpah bahwa aktivasi imun otak (aktivasi sel-sel mikroglia di dalam otak) adalah penyebab utama terjadinya kerusakan dalam banyak penyakit degenerasi otak, dari sklerosis ganda hingga penyakit-penyakit neurodegeneratif klasik (alzeimer, parkinson dan ALS). Saya sendiri telah mengemukakan bukti bahwa aktivasi imun kronis pada mikroglia sistem saraf pusat menjadi penyebab utama dari autisme, ADD dan sindrom Perang Teluk.
Dokter Gherardi menekankan bahwa, begitu aluminium disuntikkan ke dalam otot, aktivasi imun berlangsung selama bertahun-tahun. Tambahan, kita harus mempertimbangkan efek dari aluminium yang masuk ke otak. Banyak penelitian yang telah menunjukkan efek berbahaya ketika aluminium menumpuk di otak. Bukti yang semakin banyak menunjukkan tingginya level aluminium di otak sebagai kontributor utama penyakit alzeimer dan kemungkinan parkinson dan ALS (penyakit Lou Gehrig).
Ini mungkin juga menjelaskan terjadinya peningkatan 10 kali penyakit alzeimer pada penerima vaksin flu selama 5 tahun berturut-turut. [dr. Huge Fudenberg, in press, Journal of Clinical Investigation] Menarik juga untuk ditandai bahwa sebuah studi terkini menemukan bahwa aluminium fosfat membuat level darah aluminium berlipat 3X, seperti halnya aluminium hidroksida. [Flarend RE, Hem SL, dkk, In Vivo Absorbtion of Aluminum Containing Vaccine Adjuvants Using 26 Al Vaccine, 1997; 15: 1314-1318]
Tentu, dalam konferensi ini, pakar-pakar kita yang termasyhur mengatakan kepada kita ‘tidak ada data yang menunjukkan efek aditif atau sinergis antara merkuri dan aluminium.’
Dokter Rapin menyuarakan perhatiannya tentang opini publik begitu informasi ini bocor. Kata dia (halaman 197), “…informasi-informasi itu akan tertangkap publik dan lebih baik kita memastikan bahwa a) kita membimbing mereka dengan hati-hati dan b) kita mengejarnya karena begitu pentingnya kesehatan masyarakat dan implikasi publik dari data itu.” “Kepentingan bisnisnya begitu tinggi…,” tambah dr. Johnson.
Dari sini, bagaimana kita tidak menyimpulkan apapun kecuali fakta bahwa setidaknya para ilmuwan ini sangat memperhatikan hal yang ditemukan oleh kajian yang memeriksa materi keamanan vaksin Datalink? Mereka jelas-jelas ketakutan seandainya informasi itu jatuh ke publik. Pada bagian paling atas tiap halaman kajian itu distempel kata-kata “JANGAN DISALIN ATAU DIRILIS” dan “RAHASIA” dengan huruf tebal.
Ini bukanlah kata-kata yang orang harapkan terdapat pada studi klinis keamanan vaksin. Namun, Anda akan mengiranya terdapat di file-file top secret NSA atau CIA. Mengapa informasi ini dirahasiakan?
(Bersambung )
0 comments:
Post a Comment
I'd love to hear you saying something: