Mendapatkan rizki dengan mudah. Siapa sih yang akan
menolaknya? Tentu saja ini adalah satu hal
yang semua orang harapkan terjadi setiap harinya.
Tapi, untuk bisa mendapatkan rizki dengan mudah itu ada syaratnya.
Ada rahasia untuk bisa mewujudkannya. Sudahkah Anda mengetahuinya?
Wujud rizki itu bisa beragam. Mulai dari punya tubuh fit dan bugar sehingga memudahkan untuk bergerak dan beraktifitas, terjauhkan dari fitnah, punya keluarga atau kerabat yang kompak dan tidak saling bermusuhan, punya tetangga yang baik, hingga kendaraan yang tidak gampang macet. Dan lain-lainnya, itu termasuk dari rizki.
Tetapi rizki yang akan kita bicarakan di sini adalah rizki
yang berupa materi, berupa kekayaan atau harta. Ustadz Adi Hidayat menguraikan
cara agar rizki seperti ini bisa kita dapatkan dengan mudah. Bagaimana caranya?
Urusan rizki itu telah Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an.
Jika Allah sudah berkalam, kita sebagai orang yang beriman, tentu harus
mempercayainya.
Di Mana Rizki itu Bertempat?
Allah memberitahu kita jika tempat rizki itu:
Dan di langit terdapat rezekimu, dan terdapat apa yang dijanjikan kepadamu. - QS: 51 (Az-Zariyat): 22
Kata Allah, rizki itu adanya di langit. Setiap orang telah disiapkan
rizkinya masing-masing. Tidak ada ceritanya rizki yang tertukar. Adalah kurang
kerjaan apabila ada orang yang berusaha mengambil rizki milik orang lain. Usahanya
akan berakhir sia-sia, karena meski pada awalnya dia bisa menyerobot rizki
orang, cepat atau lambat rizki itu akan hilang darinya. Rizki itu akan kembali
ke pemiliknya.
Rizki kita sudah dijanjikan di langit, dan pasti akan Allah
berikan. Sementara rizki itu berada di langit, kita hidup di bumi. Terus,
bagaimana cara mengambilnya?
Rizki Diturunkan ke Bumi Sehingga Mudah Didapatkan
Jika rizki berada di langit, secara realistis, kita hidup di
bumi. Maka, Allah yang Maha Adil menurunkan rizki itu ke bumi. Dengan begitu,
kita bisa dengan mudah mengambilnya.
Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. - QS: 2 (Al-Baqarah: 29)
Bumi Allah itu luas sehingga lokasi pencarian rizki terbuka
lebar. Karena rizki yang turun tidak selalu langsung menimpa kita, maka kita
diperintahkan untuk mencarinya. Tempatnya bisa jadi di lain kota, atau lain
daerah. Segala hal yang ada di bumi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan kita.
Apa pun yang kita inginkan bisa kita dapati di sana.
Syarat Untuk Mengambil Rizki
Rizki harus diusahakan untuk diambil. Rizki menuntut orang untuk bekerja. Sebagian kita, mungkin
mengistilahkannya dengan ‘menjemput rizki’. Ia tidak bisa kita dapatkan dengan
berangan-angan belaka.
Apa syarat agar rizki bisa kita peroleh?
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. - QS: 2 (Al-Baqarah: 168)
Ada dua syarat untuk mengambil rizki yang telah Allah siapkan
untuk kita, yaitu halal dan baik. Ada satu hal yang sangat menarik dari bahasa
yang dipakai dalam Al-Qur’an ini.
Ayat di atas memberi petunjuk bagi semua manusia
tanpa membedakan kepercayaan atau agamanya. Untuk mendapat rizki, manusia harus
mendapatkannya dengan cara yang legal (halal), tidak boleh dengan cara yang
haram. Jika dilanggar –dengan mencuri atau korupsi misalnya- konsekuensi hukum di
dunia telah menantinya. Muslim maupun non-muslim tidak berbeda dalam hal ini.
Lalu, ada orang yang bertanya kepada Allah, meminta keadilan
kepadaNya. Jika non-muslim yang tidak sholat, tidak berzakat, tidak berpuasa,
dan seterusnya bisa mendapatkan rizki dengan leluasa, bagaimana dengan kami
yang beribadah, sholat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain? Harusnya kan ada perbedaan
antara yang beriman dan yang tidak beriman?
Kemudahan Mencari Rizki Bagi Orang yang Beriman
Allah memberi kekhususan bagi orang yang beriman dalam
urusan rizkinya. Mari kita perhatikan ayat ini:
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepadaNya. - QS: 2 (Al-Baqarah: 172)
Jika ayat sebelumnya diawali dengan sapaan untuk seluruh
manusia (yaa ayyuhan naas), maka ayat selanjutnya diperuntukkan buat orang yang
beriman saja (yaa ayyuhalladziina aamanu). Panggilan untuk manusia bersifat universal, bisa muslim
bisa non-muslim. Di ayat 172, sapaan itu diubah hanya untuk orang-orang yang
beriman. Selain itu, jika pada ayat 168 disebutkan kata/syarat halal, di ayat
172 kata ini dihilangkan dan kata thayyib dijamakkan (thayyibaat).
Mengapa demikian?
Setiap orang yang beriman, yang dia memulai setiap pekerjaannya
dengan membaca bismillah, maka dia akan secara otomatis mencari sesuatu yang
halal. Ketika kaki melangkah, mustahil dia akan menuju ke yang haram. Bila ada
orang yang mengaku beriman dan membaca bismilah sebelum bekerja, tetapi
melakukan hal yang haram, berarti ada yang salah dalam keimanannya.
Jika kita terbiasa mengucapkan bismillah dalam setiap apa yang kita kerjakan
beserta maknanya, bukan sekadar ucapan di mulut, kita akan merasa selalu diawasi
oleh Allah. Karenanya, Allah akan menurunkan sifat rahman-Nya kepada kita.
Sifat rahman artinya, Allahlah sang maha pemilik keluasan dunia. Allah yang
akan memudahkan kita dalam mendapatkan rizki, bukan kita yang lelah mencarinya.
Jadi, kalau kita mencoba untuk meningkatkan keimanan kepada
Allah, kemudian menerapkannya dalam keseharian kita, maka Allah akan memberikan
ke kita apa yang tidak Dia berikan kepada mereka yang tidak berucap bismillah
dalam kehidupannya.
Yang Lebih Istimewa Dalam Kemudahan Pencarian Rizki
Hal yang lebih besar akan terjadi ketika kita tidak hanya
berhenti di mengucap bismillah. Yang lebih istimewa adalah ketika iman itu
diiringi dengan amal shalih. Apalagi, jika kita melakukan amal yang tidak atau
jarang dilakukan oleh orang lain.
Misalnya, ketika siang hari orang-orang di sekitar menikmati makanan dan minuman, kita berpuasa. Di waktu malam saat orang tidur kita mau bangkit lalu mengerjakan sholat malam, mau berinfak di jalan Allah, bersedekah, membaca Al-Qur'an, dan lain sebagainya. Saat iman bersanding dengan taqwa, yang akan terjadi adalah keajaiban.
Misalnya, ketika siang hari orang-orang di sekitar menikmati makanan dan minuman, kita berpuasa. Di waktu malam saat orang tidur kita mau bangkit lalu mengerjakan sholat malam, mau berinfak di jalan Allah, bersedekah, membaca Al-Qur'an, dan lain sebagainya. Saat iman bersanding dengan taqwa, yang akan terjadi adalah keajaiban.
Keajaiban yang luar biasa itu Allah gambarkan begini:
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. - (QS: 7 (al-A’raf: 96)
Inilah jaminan dari Allah tentang kepastian terbukanya
keberkahan pintu langit dan bumi. Dari langit dibukakan keberkahan dan dari
bumi dibukakan kemudahan. Pada saat itu, sudah tidak ada lagi kesulitan berarti
yang akan menghadang langkah kita. Rizki mengalir dengan lancar.
Untuk urusan ini, kita bisa bercermin pada kisah para sahabat
Nabi terutama yang dari kalangan pengusaha. Ustman bin Affan dan Abdurrahman
bin Auf contohnya. Keduanya adalah orang yang kaya raya. Sebagai gambaran, kapak milik Abdurrahman bin
Auf saja terbuat dari emas. Bisakah kita bayangkan kekayannya yang lain?
Orang sekelas mereka ternyata punya satu pengharapan yang sama. Yang selalu mereka
tunggu-tunggu dan harapkan adalah bukan perkara dunia, tetapi kesempatan untuk
dekat dengan Allah swt. Mereka berusaha untuk tidak terlambat dalam mengerjakan
yang fardhu. Mereka akan gelisah kala terlambat mengerjakan yang sunnah. Padat
dan melelahkannya kesibukan dunia tidak menjadi penghambat mereka untuk
beribadah dan selalu terhubung dengan Allah.
Kesimpulannya, cara mendapat rizki dengan mudah itu adalah
dengan beriman diiringi kerja yang sungguh-sungguh. Agar lebih mudah lagi adalah
dengan beriman, bekerja, dan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah.
Semoga bermanfaat.
image: greenbiz.com
penjelasannya kaya dari ustad adi hidayat
ReplyDelete