Saya bisa memastikan keadaan seperti itu berkaitan dengan MSG yang telah saya makan. MSG itu bisa hadir dalam makanan yang bukan buatan sendiri. Bisa berupa makanan ringan atau berat, hampir semuanya sekarang diberi MSG.
Yang saya sesali adalah satu: saya nekat memakan sepotong makanan hanya untuk memenuhi dorongan ingin ngemil kemarin petang. Bahasa kerennya craving.
Reaksi terhadap MSG sebenarnya sudah saya perkirakan sebelumnya. Tapi peringatan dari lubuk hati itu kalah bersaing dengan nafsu makan. Memang, reaksi MSG kalai ini tidak separah yang saya alami beberapa tahun lalu. Terimakasih untuk berbagai herba dan sayuran, juga buah pembasa tubuh dan anti peradangan. Saya merasa lebih terlindungi dari keganasan MSG setelah saya terbiasa membuat tubuh saya lebih basa setiap pagi.
Kalau dulu, saya bisa pusing berat, bisa juga migrain sampai terkapar enggak sanggup berbuat apa-apa jika terpapar MSG. Karena MSG itu sebenarnya adalah racun saraf (neurotoksin). Ia merusak sel-sel saraf dan mampu membunuhnya.
Sudah berulang kali saya mendapat reaksi buruk MSG. Dari situ saya belajar untuk meminimalisir efeknya dan mengembalikan tubuh ke keadaan normal secepatnya. Yang saya lakukan biasanya begini:
- lebih aktif bergerak dengan melakukan pekerjaan apa saja yang memungkinkan dengan menghindari duduk. MSG itu akan lebih mudah mempengaruhi kinerja tubuh, khususnya otak kalau kita tidak bergerak. Dengan gerakan tubuh aktif, MSG akan lebih tersebar ke bagian-bagian tubuh, tidak terkonsentrasi di otak.
- melakukan grounding/earthing, atau mungkin yang dikenal sebagai 'pembumian', yaitu berjalan tanpa mengenakan alas kaki. Kaki langsung menapak tanah, rumput, atau bebatuan, sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. earthing ini biasanya satu kesatuan dengan menjadi aktif bergerak seperti di poin pertama. Saya bisa merasakan kondisi tubuh membaik setelah melakukannya.
- banyak minum air putih
- mengusahakan bisa tidur nyenyak (malam hari)
- meminum ramuan yang terbuat dari cuka apel (1 sendok teh sudah cukup) ditambahkan dalam 1 gelas air panas. Tambahkan madu kalau ada. Lalu minum ketika suhunya terasa hangat. Cuka apel bisa juga diganti dengan air jeruk nipis atau jeruk lemon dengan takaran 3 sampai 4x cuka apel..
Masih terkait dengan MSG, saya bersyukur saya punya peringatan dini berupa reaksi tubuh saya yang peka terhadap racun satu ini. Memang sih, tidak bisa dipungkiri jika ada banyak orang yang tidak merasakan apa-apa sehabis memakan makanan yang ber-MSG. Mereka seperti sudah kebal dan tubuhnya pun kuat.
Tapi, dari sebuah artikel yang saya baca, penulisnya mengatakan kalau tubuh akan menjadi sangat peka terhadap zat-zat asing yang baru dikenal atau jarang masuk ke dalamnya. Saya membuktikannya dengan MSG. Penguat rasa ini terdapat di hampir semua makanan olahan atau pabrikan. namanya pun bisa bermacam-macam.
Karena saya terbiasa memasak atau menyiapkan makanan sendiri tanpa tambahan MSG sedikitpun, tubuh saya langsung bereaksi jika kemasukan zat ini. Ayah saya pun sekarang merasakan hal yang serupa. Badan beliau akan terasa pegal dan kaku sehabis menyantap makanan dengan kadar MSG sedang sampai tinggi. Dan reaksi tubuh yang seperti itu selama ini, selama saya membersihkan dapur dari MSG, tidak pernah terjadi jika kami memakan makanan buatan sendiri.
Dari pengalaman itu, kalau dipetakan akan ada 2 kelompok orang dengan reaksi yang berbeda terhadap MSG:
- mereka yang peka, sedikit saja terpapar MSG, tubuhnya akan cepat bereaksi. Meski mungkin tubuh seperti lemah, tapi dengan begitu tubuh mereka lebih bisa terselamatkan dari bahaya atau dampak buruk MSG.
- mereka yang tidak merasakan tubuhnya sakit setelah terpapar MSG. Tubuh mereka terlihat kuat dan tidak terpengaruh. Tapi, peristiwa ini saya kira tidak bisa menjadi jaminan jika tubuh mereka akan selamanya sehat. Mengingat MSG sangat mungkin akan terakumulasi, menumpuk di dalam otak. Kita tidak tahu apa efek MSG kepada tubuh mereka di hari depan. Efek jangka panjangnya tidak terlihat sekarang.
Buat saya, orang yang paling berjasa dalam mengingatkan efek buruk MSG adalah dr. Russell Blaylock. Jujur, saya penggemar karya-karya beliau. Dr. Blaylock juga punya solusi jitu dalam menangkal atau meminimalisir efek buruk MSG.
Beliau bisa membuktikan ucapannya sendiri tentang penjagaan tubuh agar selalu sehat. Misalnya, beliau sanggup berdiri dalam waktu sekitar satu jam untuk menyampaikan materi dari apa yang telah ditelitinya. Dengan tema yang cukup berat dan kompleks, beliau tetap bisa santai, lancar berbicara, tanpa mengenakan kacamata, tanpa bantuan alat dengar di usia yang menjelang 70 tahun.
Anda pasti bisa merasakan jika di usia segitu, yang umum terjadi adalah orang-orang sudah mulai ringkih tubuhnya, sering sakit, mengidap penyakit berat, dan sebagainya. Yeah, itu wajar, tapi kalau kita bisa mengusahakan untuk hidup lebih fit dan sehat, mengapa tidak tindakan itu diambil?
Kembali ke akibat mengabaikan bahaya MSG. Semestinya, saya memenuhi resolusi, yep resolusi untuk tidak menuruti hawa nafsu menyantap makanan yang berpotensi, atau ketahuan akan menjadikan tubuh saya sakit. Saya sesali kenekatan yang saya lakukan kemarin hari.
Sekali lagi, saya tekatkan untuk mengenyahkan atau paling tidak meminimalkan makanan dan minuman 'beracun': mengandung glutamat bebas, berpemanis buatan atau bisa juga gula rafinasi, berpewarna non-alami, berpengawet (dihaluskan bahasanya dengan sebutan antioksidan terkadang), dan sebagainya.
Cukuplah ketidaknyamanan kali ini benar-benar membuat saya menetapi isi resolusi yang sudah saya buat sendiri.
Bagaimana pengalaman Anda dengan makanan ber-MSG?
#sumber gambar: pixabay.com
0 comments:
Post a Comment
I'd love to hear you saying something: