Showing posts with label menulis. Show all posts
Showing posts with label menulis. Show all posts

11/07/2016

Menikmati Nikmat Terindah, Menulis

Zaman dulu, -entah sekarang- ada rubrik bertajuk "Menulis Adalah Nikmat Terindah" di majalah An-Nida. Isinya berupa opini, analisis, atau pesan dari seorang penulis profesional. Saat itu pemegang rubriknya adalah Jony Ariadinata. Bagaimana menulis bisa dikatakan sebagai nikmat terindah?

Yang bisa merasakan langsung kenikmatan ini adalah penulis itu sendiri; orang-orang yang telah menjadikan menulis sebagai kebiasaan sehari-hari. Bahkan setiap saat selagi ada kesempatan, dia akan ambil itu untuk membuat tulisan. Kita tidak bisa merasakan nikmat ini bila kita sekadar menjadi penikmat tulisan. Menjadi konsumen, menjadi pembaca.

menulis nikmat terindah

Alhamdulillah, sejak Mei 2015, menulis telah saya canangkan menjadi bagian dari aktivitas harian. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya paksakan diri untuk menulis setiap hari. Tulisan saya lebih banyak yang tercatat di kertas, bukan di blog. Memang ada satu dua hari yang terlompati dengan tanpa tulisan akibat fisik yang kecapean dan alasan lainnya.

9/27/2016

5 Manfaat Menulis Untuk Pengembangan Diri Jadi Lebih Baik

Manfaat menulis itu tidak akan benar-benar bisa dibayangkan bila aku tidak melakoninya.

Menulis memberiku efek positif yang nyata, khususnya dalam hal pengembangan diri menjadi lebih baik. Kamu ingin tahu? Sedikit uraian berikut semoga ada manfaatnya.

manfaat menulis

1. Menambah atau mengembalikan rasa percaya diri

Coba saja ==> Kamu menulis, berarti kamu produktif. Apa pun dan bagaimanapun bentuk tulisanmu, kau telah menghasilkan sesuatu yang dapat diindera. Kamu memiliki karya. Kamu bukan seorang yang berjiwa kosong. Tulisanmu itulah kamu.

Suatu hari, kamu akan terkejut karena tidak menyangka, kok bisa ya merangkai kata seunik itu. Rajutan ide yang hampir pasti hilang sekiranya kamu tidak mengikatnya dengan tulisan.

2. Menjadi pengganti kegiatan lain yang kurang bermanfaat

Memegang pena dan kertas atau mengetik di depan layar memicuku untuk menoreh halaman kosong. Entah itu berupa tulisan bebas, artikel, puisi, atau malah gambar-gambar absurd. Dorongan menulis itu sekaligus mementalkan keinginanku untuk bersantai-santai atau melakukan sesuatu yang tidak jelas seperti berkhayal hingga tak tahu waktu, atau mendengarkan obrolan atau gegosipan yang bisa merusak hubungan baik antar sesama.

3. Menjadi terapi bagi hati

Karena begitu banyak pikiran, perasaan, cita-cita, impian yang berjejalan dan ketiadaan teman berbagi, semua itu bisa kuluahkan dengan leluasa lewat tulisan. Hasilnya, ide-ide dan rasa itu menjadi berjejak dan bisa dibaca lagi kapan saja aku mau. Hati ini menjadi lebih lega.

4. Menjadikanku lebih lancar bicara

Terutama di forum atau di depan banyak orang. Sebabnya, menulis membentuk kebiasaan untuk merunutkan pikiran dan mengeksekusinya hingga terlahir sebuah tulisan yang utuh: ada pembuka, isi, dan penutup.  

Lalu gayaku bicaraku kena imbasnya. Aku yang secara default irit bicara bisa lebih santai menyampaikan aapa yang kupikirkan dan kawan bicara pun mudah paham.

5. Mencetuskan ide baru yang tidak terduga

Menulis itu beranak pinak. Sebuah tulisan akan menghasilkan calon tulisan yang lain akibat ide-ide yang muncul secara tidak terduga saat aku menulis. Mungkin dari satu kata yang kurasa unik, tau dari lintasan pikiran yang timbul setelah menuliskan atau melihat sesuatu, dan sebagainya.

Itu manfaat yang sudah kudapat dari aktif menulis dalam setahun terakhir. Kamu mau juga merasainya? :)


image: pixabay.com

8/14/2016

Benarkah Menulis Itu Tidak Perlu Mikir?

Intinya, saya pingin mengetes kata-kata seorang blogger yang kurang lebihnya berbunyi seperti judul di atas. Bener enggak sih, kita bisa menulis tanpa perlu mikir? Enak banget kalau bisa begitu. Setiap orang yang melek huruf pasti akan bisa melakukannya.


menulis tidak perlu mikir
image via freedesignfile.com
Terus saya mikir lagi, apa yang mau ditulis? Kan menulis juga butuh ide. Kecuali, yang hendak ditulis adalah berupa curhatan, isi dari pikiran yang entah bagaimana rupa dan bentuknya. Kalau saya sendiri, lebih suka menuliskan opini terhadap sesuatu yang terindera. 

Misalnya, ambil waktu di hampir pertengahan Agustus ini. Ada banyak tema yang berasal dari berbagai peristiwa di sekitar kita. Kasus peredaran vaksin palsu yang masih juga panas dibahas, juga rencana pengesahan undang-undang tax amnesty yang tidak kalah mengundang debat panas. Selain itu, yang bisa langsung dirasakan oleh semua orang berupa anomali cuaca. 

Bulan Agustus begini normalnya negeri kita sedang kering-keringnya karena musim kemarau yang memberi kesempatan buat petani kacang-kacangan menikmati tumbuh kembang tanamannya. Tapi, musim penghujan tidak kunjung berhenti. 

Kondisi ini mirip dengan keadaan empat tahun lalu. Saat itu bahkan beberapa daerah kena hujan es, termasuk daerahku. It's stranger by the day. Rain is falling from the sky in the middle of July... and continues to August.

Selalu, bila terjadi peristiwa tidak wajar semacam ini, saya bertanya-tanya sendiri, pertanda apakah ini? Dengan memperhatikan keadaan di sisi bumi yang lain, benarkah, tanda-tanda besar kiamat akan muncul tidak lama lagi? Seperti, hujan meteor yang mengancam bumi, akankah asap panas yang menyelimuti seluruh manusia (ad-dukhan) -kemungkinan besar akibat hantaman meteor berukuran besar- akan datang tidak lama lagi?

Terus, apa yang seharusnya kuperbuat untuk 'menyambut' semua itu, jika itu benar? Karena soal waktu, meski ada pertanya, tidak ada makhluk yang bisa ditanya tentang kepastiannya. Semua itu, buatku sangat mengerikan. Tapi, jika kita ditakdirkan untuk bertemu peristiwa-peristiwa besar itu, kita tidak boleh putus asa. Pengetahuan tentangnya harus dicari dan sabar dalam menghadapinya.

Karena tulisan ini, setidaknya saya bisa merasakan jika menulis itu memang tidak perlu mikir. Setidaknya, berpikir yang terlalu berat atau memberatkan. Jadinyapun berupa tulisan ringan. Buktinya jadi satu post ini. 

Tulisan ini mungkin sudah mencapai 300 kata dan itu target saya minimal dalam sebuah post. Tanpa persiapan, tanpa outline, saya lebih suka bilang jika menulis itu tetap butuh mikir... Meskipun hanya sedikit.

1/18/2016

Banjir Informasi dan Energi Menulis

Tulisan mencerminkan bacaan kita. Dalam bahasa Aa Gym kala beliau berjaya di udara dulu, teko akan selalu mengeluarkan apa yang dimasukkan ke dalamnya. Bila diisi teh, yang keluar nanti juga teh. Bila diisi jus mangga, keluarannya jus mangga juga. Begitu analogi beliau tentang ‘produk’ kita, baik berupa perkataan maupun tulisan. Apa yang kita tulis tidak akan berjauhan dari apa yang telah kita baca.

Yang sering kualami adalah lupa daratan bila sudah membaca. Akibatnya, semua yang telah terbaca tidak sempat diikat dalam tulisan mandiri karena sudah keburu capek atau ada hal lain yang harus kukerjakan. 
 
Banjir informasi dan energi menulis
Gerobak yang kelebihan muatan bisa jomplang begini, gimana kalau orang kebanjiran informasi? (gambar dari flickr.com)

Seperti dua hari terakhir ini. Satu diantara situs yang yang rajin kupantau, Realfarmacy, memposting artikel yang cukup banyak. Aku memang tidak selalu membaca satu per satu postingannya. Yang menjadi masalah adalah semua post dalam dua hari terakhir itu sangat menarik perhatianku. Sayang bila ada satu saja yang terlewat tidak terbaca. 

Inilah yang kumaksud dengan banjir informasi. Keadaan seperti ini kadang malah memicuku untuk menjadi kurang produktif dalam menulis. Energi sudah terlanjur habis untuk membaca dan untuk melakukan pekerjaan lain di rumah yang kejar tayang di rumah.

Kabar baiknya, semakin banyak dan beragam bahan bacaan terserap, semakin siagalah pikiran kita untuk memroses informasi yang baru masuk dan menempatkannya di ruang-ruang khusus dalam gambar besar sistem yang telah terbentuk di kepala kita. 

Membaca yang merupakan kegiatan konsumtif masih bisa mengahsilkan tambahan pengetahuan dan memercikkan ide-ide baru untuk dijabarkan. Pesan positif pengalaman semacam ini adalah tuntutan agar aku lebih bisa mengatur waktu agar seluruh tanggung jawab yang kuambil bisa terlaksana sebaik-baiknya. Juga, agar tidak ada waktu luang yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu, meski itu cuma berupa catatan singkat, diantaranya.

Bagaimana denganmu, kawan?

1/12/2016

Antara Menulis Manual dan Digital

Menulis secara manual itu punya beberapa kelebihan dibandingkan menulis secara digital. Keunggulan menulis dengan tangan terletak pada resistensi kondisi jangka panjang. Selama ada kertas dan pena, tulisan tangan bisa terus dibuat. Jika tidak ada, seperti di masa silam, kayu, kulit kayu, kulit binatang, tanah liat, batu, daun, dan lain-lain bisa dijadikan media untuk menulis.

antara menulis manual dan digital

Sementara itu, menulis digital akan sangat tergantung pada ketersediaan bahan bakar minyak sebagai sumber tenaga atau juga listrik dan baterai. Bila suatu saat bahan bakar minyak menjadi langka, hilang dan kita kembali ke zaman batu, menulis digital akan sangat sulit dilakukan, bahkan terhenti total. Memang ada alternatif tenaga surya, tapi, sudah siapkah semua orang akan hal itu?

12/27/2015

Apapun Yang Terjadi, Tetaplah Menulis Setiap Hari

Rasa lelah, capek, kantuk, bosan, malas, galau, akan selalu menjadi bagian dalam keseharian kita, di samping senyum dan syukur. Semuanya wajar karena itu sifat manusiawi. Usaha kita untuk menormalkan pikir agar keadaan jadi lebih baik itu yang akan membuat hidup kita bernilai. Menulis setiap hari tetap bisa menjadi pilihan utama yang akan terus kita jalani.

Bila sedang lelah, tuliskan saja kelelahan itu.meski cuma akan menghasilkan sebaris dua baris tulisan. rangkaian kata itu menjadi bukti konsistensi kita yang telah berkomitmen untuk bisa menulis setiap harinya.

Begitu pula dengan aneka rasa lain yang seru menyerbu. Coba kita hadapi dengan menuliskannya. Setidaknya, dengan begitu segumpal benang kusut dalam pikiran kita akan kembali rapi dan melurus. Ini tidak bisa ditularkan. Kamu harus mencobanya sendiri.

Yakinlah, kebiasaan menulis akan memberi kita banyak kebaikan. Kebiasaan itu akan membuat kita tidak akan lagi kebingungan dalam memulai tulisan. Pertanyaan seperti "apa yang harus kutulis pertama kali" dan "bagaimana cara mulai menulis" akan terjawab sendiri. 

Terkadang, tanpa rencana, penguraian ide yang semula hanya sebaris judul, bisa mencapai beberapa halaman. Akan ada saja sesuatu yang mengantri untuk masuk ke dalam barisan kata-kata itu. selain itu, tulisan akan membuat memori jangka panjang bekerja. Tidak mungkin kita bisa menulis ulang sesuatu yang tidak kita pahami dengan lancar. Karena itu, tulisan kita akan menjadi pengikat ilmu, pengetahuan yang kita punya.

Menulis akan juga membuat kita lega. Sebagian isi kepala akan berpindah tempat sehingga tidak lagi berjejalan di sana, menyumbat aliran udara. Kita akan merasa lebih baik. Hidup terasa lebih bermanfaat. Ini salah satu bukti keberadaan kita, cara kita mewariskan hal berharga yang telah kita dapatkan. 

12/24/2015

Cara Paling Sederhana Untuk Memulai Tulisan

Cara Memulai TulisanHalo.. teman-teman semua...

Kali ini aku ingin berbagi tentang cara paling sederhana untuk memulai tulisan. Cara ini khusus buatmu yang baru saja tertarik dalam dunia tulis menulis dan masih sering bingung bagaimana caranya untuk mulai menulis.

Tujuannya agar kita memiliki KEBIASAAN menulis. Dengan kebiasaan itu, kedepannya menulis apapun insha Allah akan jadi lancar.

Untuk bisa membuat tulisan yang enak dibaca itu kita perlu melewati jalan panjang. Kita tidak bisa membuat tulisan seperti itu dalam sehari dua hari latihan lalu tiba-tiba menghasilkan tulisan yang baik. Karena itulah, kebisaan menulis perlu kita mulai dari sekarang.

Aku yakin kalian semua adalah pembaca handal. Kalau bukan begitu, kecil kemungkinannya terdampar di halaman ini. Selain itu pasti kalian juga seorang pembelajar. Membaca itu modal awal dari menulis. Dengan membaca kita jadi bisa membedakan mana tulisan yang mudah dipahami dan yang tidak. Bila kita hendak memproduksi tulisan, kita tinggal membawa konsep mudah dipahami itu ke dalam tulisan kita.

Pertama, para penulis senior selalu memberi resep "tuliskan apapun yang ada dalam pikiranmu" untuk memulai suatu tulisan. Aku juga mengikuti hal itu. Apapun yang terlintas di pikiran kita, segera tuliskan. Jika tidak segera ditangkap, hal itu akan segera menguap.

Kedua, jika masih bingung juga, lihatlah apa yang ada di dekatmu, disamping kiri dan kananmu. Apa yang ada di sekitarmu? Tuliskan yang terlintas saat itu. 

Hah, masih bingung juga? Tulis saja kebingunganmu, misalnya begini:

Aku bingung. Tidak tau mau menulis apa. Apa aku perlu menuliskan semua benda di ruangan ini dalam satu lembar kertas. Seperti anak TK dong. Atau mengkopi isi sms kemarin ke kertas lalu mengakuinya sebagai tulisanku sendiri. Ah, mungkin ada cara lain. Menulis di Ms Word dengan font 24 biar cepat mendapat tulisan dalam banyak halaman. Tapi tetap, mau diisi apa? Kenapa aku semakin bingung saja? Bercerita apa? Pada siapa? Cukup segini dulu coretanku siang ini. Siapa tahu aku besok dapat ide baru. Akan kutulis lagi di sini. Sampai jumpa besok.

Bagaimana? Tetap jadi tulisan kan? Meski cuma pendek satu paragraf. Satu sampai dua kalimat pun sebenarnya tidak mengapa. Yang terpenting, kita MAU menulis. Sedikit demi sedikit, jika kita konsisten, kita akan terbiasa. 

Kalau kita ingin tantangan lebih, kita bisa memasang target untuk diri sendiri. Misalnya, menulis satu paragraf per hari. Bisa juga satu halaman per hari. Menulis ini bisa dilakukan di banyak media. PC, laptop, hape, juga buku tulis secara manual. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sesudah jadi tulisan, kita boleh menyimpannya sendiri atau membaginya lewat blog, misalnya.

Ketiga, singkirkan rasa TAKUT SALAH dalam menulis. Ini akan menjadikan kita perfeksionis yang ujungnya malah menghambat proses kreatif kita. Biarkan tulisan kita organik, apa adanya. Setelah selesai,  silakan diacak-acak atau diedit.

Satu hal yang sering membuat calon penulis ngeri adalah ketiadaan ide. Ini klasik. Sebenarnya ide ada berserakan dimana-mana. Kita tinggal membentuknya menjadi apapun yang kita mau. Ide yang sama jika dituliskan dengan sudut pandang yang berbeda akan menjadi sesuatu yang unik. 

Selain apa-apa yang terserak di sekeliling, kita bisa coba menuliskan mimpi yang baru kita alami semalam. Kalau mimpi kita seru, nanti bisa jadi tulisan super kreatif atau sebuah cerita pendek. Bukankah mimpi biasanya punya alur? Mimpi aneh bisa menjadi cerita fantasi. Kalau mimpinya menyeramkan, sebuah cerita horor bisa kita buat dengan ide dari sana.

Sekian dulu, ayo semangat menulis dan menjadi istimewa :)


12/15/2015

Saat Tidak Punya Ide Menulis

Saat tidak ada ide untuk dituliskan, bisakah kita tetap membuat tulisan?

Untuk tahu jawaban pastinya, dicoba saja saja untuk menulis di saat mengalaminya. Kurasa tetap bisa. Meskipun untuk menulis itu perlu ide, tapi ide bisa digali, ditemui, bahkan direkayasa. Coba lihat sekitar kita. Apa suasana yang mengiringi saat kita duduk atau berdiri menghadap ke halaman kosong yang ingin kita taklukkan. Adakah pemandangan unik atau walau biasa saja, tapi memantik sesuatu dalam pikiran kita?

Sore ini di tempatku sedang turun hujan. Udara dingin dan gelegar guntur yang bersahutan menjadi teman istimewaku. Hampir bisa diprediksi bila di tempatku yang di desa ini, akan ada pemadaman listrik sewaktu-waktu. Tapi semoga saja kali ini tidak akan terjadi hal itu. yang lebih 'mengesankan', sinyal ponsel pun jadi timbul tenggelam.

Di samping cuaca yang nampak kurang bersahabat ini, ada satu hal yang sangat kusukai. Suasana hujan itu sendiri. Kalian tahu, apa sebutan buat para pecinta hujan? Detik-detik pertama kala air bersekutu dengan tanah lalu memendarkan aromanya yang memanjakan indera pembaumu? Yang sangat menikmati saat-saat bersama air yang meluncur dari langit dalam rasa yang menghangat? 

Aku memang selalu merindukan cuaca cerah di pagi bersama matahari. Tapi aku juga sangat betah berteman hujan, tidak peduli jika dinginnya merasuki tulang. Adakah kamu sepertiku? Petrichor. Seorang pluviophile? Yang menemukan kehangatan jiwa, kedamaian pikiran di tengah dingin yang menyerang?


Tapi, ngomong-ngomong tentang saat tidak punya ide menulis, ternyata lima kata itu sendiri bisa menjadi ide yang bisa dibuat satu halaman tulisan atau satu post di blog. 

Kawan, pernahkah kamu kekurangan ide menulis? Bagaimana caramu menyikapi saat seperti itu?