Terus terang aku capek mendengar, melihat, dan membaca aksi saling hantam antar kelompok-kelompok kaum muslimin. Tidak jarang, dan mungkin sudah lumrah jika di antara mereka ada yang rajin membongkar 'kesalahan' sesama kaum muslimin dari kelompok yang berbeda pemahaman, atau manhajnya.
Tidak usah disebut contoh rielnya. Kamu bisa merasakan sendiri kalau rajin mencari. Mungkin tidak perlu hal seperti ini dicari-cari. Maka, aku mengambil kesimpulan kalau umat ini sedang sangat merindukan kehadiran sosok ulama atau ustadz panutan pemersatu barisan.
Kita sedang berada di ambang puncak akhir zaman. Setidaknya itulah yang terbaca dari kondisi yang mencengkeram manusia di seluruh dunia. Fitnah merajalela, kaum kafir dari kalangan Syi'ah, Nasrani, liberalis dan komunis sudah siap menguliti kita dengan pedang. Bagaimana dengan kita?
Adakah sosok-sosok yang dirindukan itu?
Semoga saja ada. Aku sangat merasakan orang-orang yang dirindukan dari kata-kata dan tulisan mereka. Mereka ada di tengah-tengah umat. Bisa jadi jumlah mereka sedikit, tapi mereka eksis.
Kuambil tiga nama tokoh sebagai figur yang punya kans besar untuk menjadi perekat elemen umat Islam yang selama ini saling bergesekan di negeri tercinta ini. Ustadz Ahmad Zein Al Kaff, Zulkifli M. Ali, dan Abu Fatiah Al Adnani.
Ustadz Zulkifli M Ali (born 1974) dan Abu Fatiah (lahir 1975) adalah 2 tokoh yang sangat peduli pada kondisi umat. Beliau berdua fokus pada kajian akhir zaman. Sepertinya mereka berusaha untuk membentuk kesadaran umat dengan memulainya dari tujuan akhir. Berangkat dari titik terjauh itu, pembahasan akan merembet ke tema-tema lainnya yang berkaitan dan menunjang 'kesuksesan' kita menghadapi dahsyatnya fitnah akhir zaman.
Kita berada di (penghujung) akhir zaman. Data dibuka, fakta digeber. Dasarnya pun kuat: Al-Qur'an dan hadits-hadist shohih. Siapa yang bisa membantah? Karena setiap jiwa akan kembali kepada Rabb-nya maka, menyadari dekatnya kiamat akan menggugah semangat untuk memperbaiki keimanan dan memperbanyak amal shalih. Setiap kaum muslimin memerlukan keduanya demi keselamatan diri sendiri, terutama di akhirat nanti.
Sementara itu, Habib Zein Al Kaff (AZA) adalah seorang tokoh NU yang berpengaruh. Beliau ini menurutku, sangat bijak dan siap menjadi perekat umat. Misalnya, di saat saudara2 kami dari barisan NU garis lurus menganggap mereka yang (menamai diri atau terstigma) Salafi itu sesat, AZA tidak bersikap demikian. Mereka tetap saudara kita seiman yang, jika melihat ada kesalahan pada mereka, wajib dinasehati dengan baik.
Jika kaum muslimin mau bersatu, kemenangan akan lebih mudah diraih. Meski jalan menuju kejayaan itu curam dan berliku. Kita bisa bercermin dari bersatunya faksi-faksi mujahidin di Suriah hari ini. Tahun lalu, Jaisyul Fath yang merupakan gabungan dari beberapa faksi berhasil menaklukkan Idlib di bawah komando Syaikh Al-Muhaisini.
Awal bulan ini (Agustus 2016), kembali mereka menorehkan prestasi dengan keberhasilan mengakhiri blokade terhadap Aleppo. Kondisi kita jelas berbeda dari situasi di bumi Syam. Kita memang tidak sedang berperang, tapi bukan tidak mungkin peristiwa yang menguras segala sumber daya itu cepat atau lambat terjadi di negeri kita. Maukah kita mengambil pelajaran dari para pejuang itu?
Kuyakin masih ada sejumlah tokoh lain yang punya kans serupa. Ustadz Budi Ashari, UBN (Ustadz Bachtiar Nasir), Ust. Adi Hidayat, dan tokoh-tokoh lain dari berbagai organisasi dakwah di tanah air adalah contohnya. Semoga Allah selalu membimbing dan melindungi mereka sehingga bisa bergerak leluasa untuk menyadarkan umat yang besar dan membutuhkan pertolongan ini.
Ringkasnya, kita butuh ahli ilmu yang jujur dan mencintai umat.
8/18/2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
I'd love to hear you saying something: