Showing posts with label Rare Diary. Show all posts
Showing posts with label Rare Diary. Show all posts

1/17/2016

Ngeblog Tengah Malam Karena Polusi Suara


Bila di bulan Ramadhan di desaku yang semi permai setiap malamnya terdengar suara orang-orang mengaji, beda lagi jika di bulan-bulan biasa. Ada anak SMA yang menyewa lapangan desaku untuk acara perkemahan plus yang lainnya. Sepertinya, sejak sore tadi acara yang digelar di sana cukup meriah. Ada beragam perlombaan dan konser beneran.

Ketika sudah lepas jam 12 tadi, aku tersadar oleh suara-suara dari acara itu. Pertama kedengaran seperti orang teriak-teriak. Seperti ada orang yang sedang bertengkar. Setelah kupasang telinga baik-baik, walah, ternyata mereka memutar lagu ini nih.. Pas nyampai di

"So give me reason to prove me wrong// To wash this memory clean// Let the floods cross the distance in your eyes// Across this new divide..."

Aku baru nyadar itu memang suara teriak-teriak. Rupanya mereka memutar New Divide-nya Linkin Park. Malam-malam begini, volumenya kenapa kenceng banget, tanyaku pada diri sendiri. Apa enggak mengganggu para tetangga atau warga di dekat lapangan yang sedang beristirahat dan tidur lelap? Apa di sana tidak ada aparat desa yang memperingatkan tentang kebisingan itu. 

Sebenarnya, wayang show yang semalam suntuk pun bukan sesuatu yang asing di sini. Selama ini, meski mungkin ada yang menggerutu, tidak pernah ada yang secara langsung melayangkan protes kepada penyelenggara pagelaran. Bukan hanya wayangan, tapi juga perhelatan lain yang biasa digelar di waktu malam. Tapi yang sudah-sudah, suara sound systemnya tidak sekeras suara musik malam ini. Aku enggak habis heran. 

Tapi sebenarnya, polusi suara di malam buta itu membuatku menyelesaikan tulisan singkat dan tidak jelas ini. Gara-gara mendengar New Divide itu pula, aku jadi pingin lihat film yang posternya ada di atas itu lagi.




12/14/2015

Agar Tubuh Tetap Sehat dan Bersemangat

Agar tetap sehat bersemangat

Maka, "tekunilah kesibukan yang cocok lagi menyenangkan!"

Itu sebuah subjudul dalam buku La Tahzan karya Dr. 'Aidh al-Qarni.

Diceritakan bahwa ketika Syaikh Ibnu Taimiyyah sakit, tabibnya menganjurkan beliau agar mengurangi membaca dan membahas ilmu. Alasan sang tabib, kedua hal itu akan menambah parah sakitnya.

Syaikh pun protes dan malah berkata, "Aku tidak tahan untuk meninggalkannya. Sekarang aku hendak mengkritisi pengetahuan yang Anda kuasai bahwa, bukankah jiwa manusia itu apabila senang dan gembira, tubuhnya akan menjadi kuat dan dapat mengusir penyakit?"

Jawab sang tabib, "Memang benar!"

Lanjut Ibnu Taimiyyah, "Sesungguhnya aku menyukai  ilmu dan merasa senang bila menyibukkan diri dengannya, sehingga tubuhku semakin kuat karenanya."

Tabib itu berkata, "Wah, ini di luar kemampuanku."

Dari ucapan-ucapan beliau kelihatan sekali Ibnu Taimiyyah ini seorang pemikir kelas berat.  Beliau sangat rasional, tapi tetap rasionalitas itu tertuntun di belakang wahyu. 

Kalau aku sendiri, melakukan hal yang menyenangkan dan cocok itu memang bisa menjaga jiwa dan raga tetap waras, diantaranya dengan menulis seperti ini.

Aku jadi ingin tahu, apa kesibukan yang menyenangkan buatmu, kawan?

Cinta di Mata Pena: Menulis Adalah Jalan Mencari Cinta Allah

Menulis Karena Allah

Pernahkah kamu merasakan hal seperti ini?
Kala pikiranmu seolah menumpul sesaat setelah kalimat pertama kutuliskan. Kamu tidak tahu alur ide yang hendak kauuraikan. Sesaat kamu terdiam. Gairah pun rebah. Tapi apakah kamu mau menyerah? Yang sudah kamu tulis sebagian harus kau selesaikan. Hingga bertemu titik penghabisan.

Bagaimana Allah tidak akan mencintaimu, sementara Dia memerintahkan manusia untuk membaca?

Dia pun bersumpah dengan pena dan segala yang dituliskannya. 

Bagaimana Dia tidak akan mencintaimu bila kamu adalah pemegang pena yang dengan perantaraannya ilmu pengetahuan diajarkan?

Bagaimana Dia tidak akan mencintaimu bila pena yang kaupegang bergerak lincah menuliskan penyemangat kebaikan bagi setiap insan?

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila penamu kau asah tajam menebas lidah para pendusta agama serta kebohongan dan kebodohan yang mereka tebarkan?

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila dengan pena kau wariskan catatan keutamaan para ksatria pemulia umat yang tergilas di medan perang? 

Bagaimana Dia tidak mencintaimu bila penamu beraksi mengajak manusia mengenal lalu tunduk patuh pada risalah para Rasul yang tiada pernah jengah menyampaikan?

Adakah kau menulis sesuatu yang bermakna? Sudahkah kau menulis hari ini? Sudahkah kau ikat ilmu yang kau serap siang tadi hingga menjelang kau terlelap? Sudahkah kau mengambil pelajaran dari dua jam pertama pagimu, mulai saat kau membuka mata, menyadari Dia Yang Maha Hidup melepaskan ruhmu kembali menyarang di jasad?

Apakah yang mengahalangimu menulis, sahabatku?
Rasa malas atau rasa ketidakmampuan yang merongrong jiwamu untuk tetap menjadi penonton di arena luas kepenulisan? 

Ayolah kawan, kita mulai menulis. Percayalah itu tak akan sia-sia, karena menulis adalah kejujuran jiwa.
Sudahkah kamu menulis hari ini, kawan?