12/04/2016

Catatan Atas Aksi Super Damai 212

Segala puji hanya milik Allah dan saya bersyukur aksi 212 dua hari yang lalu berlangsung sesuai tag-linenya, super damai. Ini sungguh karunia Allah yang menyatukan hati-hati kaum muslimin dengan semangat yang menyala untuk membela agama yang sumber tertingginya dinistakan.

catatan aksi 212
foto: pojoksatu.id

Benar sih, Islam dan Al-Qur'an tidak perlu dibela karena keduanya sudah mulia, diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa. Tapi, sebagai seorang yang beriman, pelecehan terhadap Al-Qur'an bukanlah urusan sepele yang pantas dikesampingkan.

Jika Al-Qur'an dinista didiamkan saja, sangat mungkin sesudah itu simbol-simbol agama Islam yang lain akan ikut dilecehkan. Karena sang penista merasa tindakannya tidak berimbas dan tidak menimbulkan gejolak. Jika yang sudah mulia dihinakan, bukan mustahil apa-apa yang berderajat kurang mulia akan lebih mudah dihinakan.

Ada banyak hal yang menarik perhatian saya dalam aksi 212 kemarin. Walaupun saya tidak ikut di sana, tapi nuansa kebersamaan dan persaudaraan itu sangat bisa saya rasakan. Jutaan manusia memadati area Monas dan sekitarnya. Kompak hampir semua berbaju putih, sehingga suasana mirip-mirip musim haji di Makkah. Hingga tidak berlebihan jika ada netizen yang bilang itu Monas rasa Mekah.

Aksi bela Islam 212 jelas tidak lepas dari saling tarik-menarik kepentingan. Umat Islam punya kepentingan sendiri, umat yang lain pun juga. Pemilik modal, para pekerja, dan bahkan setiap orang pasti punya kepentingan. Aksi damai 212 saya rasa telah menyatukan suara umat Islam dalam satu barisan, bahwa keimanan yang terwujud dalam kecintaan kepada Al-Qur'an adalah hal paling utama dalam hidup.

Keyakinan itu tidak bisa dibeli dan tidak bisa ditukar dengan apapun, betapapun berat taruhannya. Maka, atas dasar kecintaan itu, mereka datang untuk menunjukkan kejelasan sikap mereka. Berikut ini catatan saya terkait aksi super damai 212:

1. Dalam tubuh umat Islam sendiri ada pro-kontra terhadap pelaksanaan aksi

Di saat jutaan umat berencana menggelar aksi damai ke-tiga atas kasus penistaan agama dengan Ahok sebagai tersangka, beberapa da'i menyerukan dan tetap keukeuh berkata jika aksi itu adalah sebuah demonstrasi. Demonstrasi tidak pernah ada di masa Rasulullah saw. Demo juga menyerupai perilaku orang kafir dan mengganggu ketertiban umum. Sehingga demo adalah suatu bid'ah dan kesesatan.

Sementara di sisi yang lain, banyak tokoh Islam yang punya pandangan berseberangan. Saya suka pemaparannya Ustadz Adi Hidayat tentang aksi ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demonstrasi punya makna protes yang dilayangkan dengan jumlah massa yang banyak. Kita sering menyebutnya sebagai unjuk rasa.

Ustadz Adi memandang jika aksi (beliau sampaikan persoalan ini dulu menjelang aksi damai 411) ini bukan sekadar demo, tapi suatu syi'ar. Ada duduk permasalahan yang perlu diurai terlebih dulu yang membuat aksi itu lebih layak disebut sebagai syi'ar agama.

Videonya bisa dilihat di sini, https://www.youtube.com/watch?v=YjkuPatyPN0

Syi'ar berasal dari kata syu'ur, yang berarti rasa. Ada sesuatu yang terjadi dan disikapi dengan perasaan. Setiap peristiwa atau permasalahan bisa memunculkan suatu rasa dalam hati. Ada juga kejadian-kejadian tertentu yang disikapi dengan iman. Maka, dengan keimanan yang muncul dalam perasaan itulah, rasa hati berubah namanya menjadi syi'ar.

Secara istilah, syi'ar bermakna rasa untuk menjaga dan meningkatkan nilai-nilai keislaman sebagai pertanda kekuatan iman. Syi'ar bisa muncul oleh seruan untuk beribadah, misalnya, saat adzan berkumandang, kita segera bersiap untuk sholat. Syi'ar bisa pula muncul karena sesuatu yang dimaknai negatif, yaitu ketika terjadi penodaan terhadap syari'at. Saat itu terasakan ada panggilan terhadap pembelaan nilai-nilai Islam.

Dalam bahasa Nabi, kita mengenal pembelaan itu sebagai tindakan untuk mencegah kemunkaran. Jika kamu lihat kemunkaran, ubahlah dengan tanganmu, jika tidak mampu dengan lisan, dan minimal kamu lakukan pengingkaran dalam hati.

Konteksnya, ada tokoh tertentu yang melontarkan statement yang bersifat munkar. Pernyataan itu merendahkan nilai yang dijunjung tinggi oleh umat. Lalu muncul rasa tidak suka dalam hati kaum muslimin untuk menolaknya atas dasar iman.

Jika pengingkaran itu tidak muncul, kita perlu mempertanyakan keimanan kita sendiri. Karena itu adalah pertanda bila iman kita sedang bermasalah.
'
Kemudian ada respon atas pernyataan yang bernada merendahkan itu yang berupa pembelaan atas nilai-nilai Islam. Semangat ini kita kenal sebagai ghirah. Dari situ muncul keinginan untuk melakukan reaksi berupa tindakan untuk menyalurkan ghirah yang sudah menyala. Dan Allah sudah mengatur cara untuk melakukannya.

Pertama dengan hikmah (QS: A-Nahl (16): 125). Diantara makna hikmah adalah kesesuaian kadar reaksi dengan aksi yang menyulutnya. Jika dengan hikmah tidak mempan, kita tingkatkan kadar reaksinya (QS: Al-Anfal (8): 60). Buat mereka para penista agama itu gentar. Aturan mainnya ada di At-Taubah: 122. Ada adab yang perlu dijaga, diantaranya tidak diperkenankan merusak tanaman.

Jadi, tidak sepantasnya ada saling cela antara yang berangkat aksi dan yang tidak. Tidak boleh saling tuding dan menyalahkan hingga merasa sikapnyalah yang paling benar.

2. Peserta yang mencapai 3 juta lebih umat

Ini dari sumber internal atau panitia penyelenggara aksi: jumlah umat Islam yang datang memadati area Monas dan sekitar diperkiraan tembus angka 4 juta. Sementara sumber lain mengatakan aksi ini dihadiri lebih dari dua juta umat. Bahkan ada yang menghitung ada 7,5 juta peserta.

catatan aksi 212
foto: beritalima.com

Jumlah ini sangat fantastis dan lebih besar dari aksi 411 lalu. Jumlah yang besar itu melaksanakan sholat Jum'at bersama, meski ada pro dan kontra tenta kebolehan sholat Jum'at di jalan. Rekor yang mungkin luput dari catatan Guinness Book of Record.

Peserta datang dari berbagai wilayah di pelosok negeri. Mereka berasal dari berbagai profesi dan latar belakang. Mereka hadir atas dorongan kecintaan pada Al-Qur-an. Dari Aceh sampai Papua, ada saja yang datang. Meski ini musim penghujan dan cuaca tidak menentu, mereka tetap datang. Mereka datang tanpa paksaan, dengan biaya sendiri pula.

Yang paling fenomenal adalah rombongan dari Ciamis yang datang dengan berjalan kaki ke Monas. Padahal jarak Ciamis-Jakarta tidak hanya sepeminuman teh, meminjam ukuran jarak yang sering dipakai dalam serial silat Wiro Pendekar 212. Dari Ciamis ke Jakarta itu berjarak 270 km! Jadi pantaslah rombongan ini diberi penghargaan oleh GNPF-MUI. Salut banget saya pada mereka.

Di beberapa daerah semisal Kediri, aksi damai 212 juga diadakan secara lokal. Jadi jika ditotal, peserta aksi 212 di seluruh Indonesia jelasnya berjumlah di atas 4 juta.

Tapi, lain media lain pula pewartaan tentang massa yang datang. Beberapa media asing, seperti Foxnews dan CNN menyebut peserta aksi cuma 200 ribu. Al-Jazeera English memperkirakan peserta aksi di angka 150 ribu. Juga, mereka sebut peserta aksi datang dari pelosok Jawa saja.

Ini menyisakan tanya, kenapa jumlahnya berselisih jauh begini ya? Seolah mengerdilkan partisipasi umat dalam gelar aksi damai kemarin?

Lantas, mungkin kita jadi terpikir, jumlah yang sebesar ini, bukankan sesuai sabda Rasulullah, seperti buih yang tak berdaya dipermainkan arus? Kalau dilihat dari atas, mereka sudah sewarna dengan buih, putih dimana-mana..

Ah, semoga kekhawatiran itu segera sirna. Semoga umat ini tergerak untuk lebih berperan dengan tergugahnya kesadaran untuk membela Al-Qur'an kali ini.

3. Kerjasama antara aparat dan peserta aksi yang mengharukan

Iya, mereka saling bekerjasama dan saling menolong untuk menyukseskan jalannya agenda aksi. Jutaan masa yang hadir tidak berbuat anarkis, dan aparat yang mengawal keamanan tidak bertindak represif. Tidak ada bentrok antara peserta aksi dan petugas keamanan. Bahkan polisi membagi-bagi sajadah gratis. Kondisi kemarin berbeda dan merupakan kemajuan dibandingkan aksi 411 yang menimbulkan dua korban meninggal dari peserta aksi.

Saya pernah membaca catatan seorang mahasiswa Indonesia di Mesir yang berkata jika rakyat Mesir, dalam hal ini anggota Ikhwanul Muslimin iri pada kondusifnya suasana aksi membela Islam di Indonesia. Di Mesir, aksi damai IM biasa disambut dengan terjangan timah panas rezim As-Sisi.

Kalau di Mesir aksi itu atas nama satu pergerakan atau organisasi, di Indonesia aksi bela Islam melibatkan lintas harokah, ormas, dan elemen umat Islam lainnya. Semua bersatu dalam satu barisan. Jadi, bagaimana IM tidak iri?

4. Media, khususnya televisi nasional cukup fair dalam pemberitaan

Dari layar televisi, saya lihat sendiri para reporter dan news anchor sangat antusias dalam meliput dan memberitakan aksi damai ini. Mungkin sedikit bias masih ada, namun secara umum mereka mau menyampaikan berita positif aksi 212.

Tertibnya peserta aksi, suasana syahdu kala doa bersama, sholat Jum'at, hingga sejumlah hal unik seperti aksi bersih-bersih seusai aksi tidak lepas dari liputan mereka.

Sempat terjadi pengusiran awak media yang selama ini dinilai banyak memelintir berita tentang umat Islam, diantaranya Kompas TV dan Metro TV. Mungkin drama pengusiran ini telah menginjak muka damai umat Islam yang hendak ditampilkan kali ini. Hanya saja, umat yang sudah kadung kecewa tidak bisa menerima perlakuan media yang walaupun di atas kertas berkata menerapkan kode etik jurnalistik, tapi di kenyataan mereka merekayasa pemberitaan jadi tidak fair.

Walaupun saya kira, protes ke media lebih cocok dilayangkan ke pemilik atau bosnya, tapi jika itu tidak bisa dilakukan, protes ke pekerjanya pun jadilah. Semoga ini menjadi pelajaran bagi stasiun tv yang dimaksud.

5. Presiden dan staf benar-benar bersedia hadir dan jadi jama'ah sholat Jum'at

Terus terang, salah satu momen yang paling menarik buat saya dalam rangkaian aksi 212 adalah saat Pak Presiden berjalan dalam naungan payung besar warna biru di bawah rintik hujan untuk menyapa umat. Beliau memegang payungnya sendiri, tidak meminta ajudannya buat memayunginya.

catatan aksi 212 - payung presiden
foto: poskotanews.com
Selain itu, presiden juga berpidato singkat, dua menit kurang satu detik. Meski isi pidatonya sangat mungkin tidak memberi kepuasan pada peserta aksi, tapi ini sudah merupakan sambutan yang saya rasa cukup baik dari seorang kepala negara. Di situ Pak Presiden juga meneriakkan takbir.

Mudah-mudahan momen langka seperti ini, saat penguasa menemui dan berdekatan dengan ulama, akan semakin sering terjadi. Bukan karena didorong oleh peristiwa yang menyayat, tapi terdorong oleh keinginan para pejabat untuk memperbaiki kondisi negeri.

6. Eratnya persaudaraan umat Islam yang membuat lega

Rasanya lega sekali menyaksikan umat menyatu dalam kebersamaan. Banyak gratisan yang disediakan buat peserta aksi, tanpa membedakan asal daerah atau afiliasinya. PWNU Jakarta misalnya, membuka stand besar untuk menyambut tamu, yaitu saudara-saudara seiman dari daerah.

Ada produsen roti yang menggratiskan dagangannya buat para mujahid, penjual es yang menggratiskan dagangannya, tenaga medis yang bersiaga di lapangan, dan masih banyak pemandangan lain yang menunjukkan eratnya dan mesranya kita jika mau bersatu. Aksi damai juga menjadi jalur rizki bagi banyak penjual makanan yang dagangannya terjual habis.

catatan aksi 212 - kebersihan
foto: metro.sindonews.com

Yang tidak kalah mengesankannya adalah aksi regu kebersihan yang menyapu bersih aneka sampah di seputaran lokasi. Sehingga, kata saksi mata, area Monas jadi terlihat lebih bersih daripada sebelum aksi.

7. Tertibnya peserta aksi 212

Ini tidak bisa disanggah, bahkan media besar pun mengakui. Bahwa peserta aksi 212 semuanya patuh pada komando para pemuka aksi. Mereka datang dengan tertib dan membubarkan diri dengan tertib pula. Mereka juga terus bersemangat mengikuti jalannya aksi damai walau hujan mengguyur badan.

Tidak ada aksi aneh-aneh yang dilakukan peserta. Isu makar yang sempat santer beredar menjelang aksi 212 menguap sengan sendirinya kerena tidak terbukti. Saya rasa ini adalah sebuah perestasi, mengingat tidak mudah untuk mengendalikan massa sebanyak itu. Tapi semua orang mampu berbaris rapi, terhanyut oleh orasi, tausiyah, shalawat, dzikir, dan do'a yang berkumadang di udara.

8. Khutbah Jum'at yang sangat berani

Ini juga yang saya salut. Khatib kali itu, Habib Rizieq mengisi  khutbahnya dengan nasihat jika ayat-ayat Al-Qur'an nilainya jauuh di atas ayat-ayat konstitusi. Suaranya menggema ke seluruh dunia di depan para pejabat top negara dan aparat keamanan. Keberanian beliau layak diapresiasi!

Shalat Jum'at itu juga diselipi pembacaan Qunut Nazilah untuk mendoa'akan saudara-saudara kita yang sedang terzalimi, terampas harga dirinya, Di Indonesia, di Syam, di Myanmar, di Kashmir, dan di manapun tempat saudara kita mendapat luka menganga.

9. Antara aksi damai 212 dan Parade Bhinneka Tunggal Ika

Seperti aksi bela Islam 411 lalu, selepas aksi damai 212 digelar, di lokasi yang sama diadakan Parade Bhinneka Tunggal Ika. Parade ini seolah menjadi tandingan aksi damai bela Islam. Keragaman budaya Indonesia ditampilkan dalam parade itu. Di hari yang sama, parade juga diadakan di daerah.

Jika dibandingkan dengan aksi 212, jumlah peserta parade jauh tertinggal. Pemberitaan di media juga tidak seheboh aksi 212. Satu lagi, jika sampah yang dibuang oleh peserta aksi 212 dibersihkan oleh pendukung aksi sendiri, maka sampah yang dibuang oleh peserta parade dibersihkan oleh petugas kebersihan. ... and I don't know what to say more..

10. Persatuan ini indah, semoga tidak cepat berlalu

Saya merasakan suasana aksi 212 begitu indah. Tidak ada saling ejek atau curiga antara sesama kaum muslimin. Kata-kata ulama didengarkan. Mereka kompak seolah mereka sehati. Satu ayat Al-Qur'an saja telah mampu menyatukan hati jutaan umat, apalagi jika ayat-ayat itu dikupas seluruhnya..

Semoga aksi 212 membawa berkah bagi bangsa. Penista agama sudah semestinya ditangkap dan diadili. Mudah-mudahan hasil aksi kemarin tidak hanya memberi euforia sesaat yang menyesatkan. Jika pun keadilan benar-benar tegak, ada jutaan pekerjaan yang menunggu di depan sana untuk dikerjakan dengan baik.

Semoga keinginan umat terkabul. Untuk seluruh ulama, kyai, habaib dan para da'i yang telah memelopori dan mengawal aksi dengan penuh adab, semoga Allah selalu menjaga Anda dan membalas kebaikan Anda dengan kebaikan berlipat. Amiiin...

1 comment:

  1. semoga kita selalu dalam lindungan Allah
    hati dan jiwa kita akan selalu tenang

    ReplyDelete

I'd love to hear you saying something: