11/03/2016

Aksi Damai Bela Qur'an 4 November: Peluang Besar Untuk Merapatkan Barisan Umat

Tinggal satu hari besok, aksi Damai Bela Qur'an 4 November 2016 akan digelar. Saya rasa hampir setiap orang sudah tahu tentang hal itu karena semua media besar memberi porsi besar untuk memberitakannya.

Aksi Damai Bela Qur'an 4 November


Ada yang peduli ada yang biasa saja. Ada yang antusias mendukung aksi damai itu, ada juga yang menganggapnya bukan urusan penting.

Aksi damai ini mungkin akan menjadi demo paling besar di kurun ini. Jumlah massa yang begitu banyak, berasal dari berbagai penjuru tanah air dan dari beragam latar belakang dan profesi membuat aksi seperti ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kali ini umat tidak bergerak sendiri-sendiri.

Pembela Islam bukan hanya FPI. Meski citra mereka dibuat hancur di media besar, mereka punya jasa besar. Berbagai elemen umat akan maju untuk membela agama yang dinistakan.

Dari para petinggi ormas, para ustadz dan ulama, hingga mantan presiden SBY dan sebagian kalangan artis dan komunitas tertentu yang selama ini terkesan kurang peduli dengan persoalan seperti ini turut bersuara. Bahkan, sejumlah besar dokter juga datang dari daerah untuk mengawal aksi besok dan bersiap memberikan pertolongan pertama.
Baca juga: Ustadz dan Ulama Yang Dirindukan Umat
Setidaknya, inilah salah satu cara untuk menunjukkan jika umat Islam itu masih punya kekuatan. Mungkin juga inilah hikmah besar dibalik terjadinya penistaan agama yang dilakukan oleh seorang gubernur non-muslim.

Aksi besar ini bukanlah aksi SARA dan intoleransi. Karena protes ini adalah imbas dari intoleransi itu sendiri. Bukan pula diskriminasi etnis tertentu karena menjadi Cina atau Jawa atau lainnya adalah takdir yang kita tidak ditanya tentang hal itu.

Sang gubernur bilang kalau orang 'dibohongi pakai' Al-Maidah 51. Ucapan yang mungkin dikiranya biasa saja ternyata memantik api dan terus menjalar.

Pertama, Al-Maidah 51 adalah kalam Tuhan dan itu bukanlah sarana pembohongan. Ayat ini adalah petunjuk untuk jalan hidup yang lurus. Meski mungkin Al-Qur'an tidak perlu dibela, karena ia sudah mulia dan Allah menjamin akan memeliharanya, umat Islam punya kepentingan untuk membelanya.

Kedua tentang pelaku 'pembohongan'. Yang menyampaikan makna Al-Maidah 51 kepada khalayak adalah para ulama. Para ulama yang jujur tidak akan memelintir makna ayat ini menjadi pro kebatilan. Jadi, selain melecehkan Al-Qur'an, ucapan Pak Ahok juga menistakan para ulama, orang yang menjadi panutan dan pembimbing umat.

Wajarlah kalau umat Islam berang. Yang jadi masalah juga, Sang gubernur bukan pertama kali ini saja menonjok perasaan umat Islam. Tuntutan umat sebelum ini untuk memidanakan Ahok tidak pernah membuahkan hasil.

Maka aksi 4 November besok tidak terbendung. Kulminasi atas aspirasi yang tak dipedulikan. Penegak hukum negeri ini semakin kuat terkesan melakukan tebang pilih kasus. Orang-orang besar seperti punya mantel tebal yang membuat mereka kebal hukum.

Saya tidak tahu bagaimana tanggapan sebagian umat Islam yang menganggap demonstrasi sebagai perkara haram dan bid'ah secara mutlak. Yang membuat sebal dan marah itu adalah diantara mereka yang gampang saja berkata untuk menindak para pendemo dengan kekerasan. Tipikal da'i penumpah darah.

Pastinya, aksi besar besok akan menjadi sorotan internasional. Ada kemungkinan penyusupan, upaya penggagalan, dan tindakan sejenisnya dari pihak yang tidak menginginkan aksi itu berlangsung tertib dan aman.

Semoga aksi damai bela Qur'an besok membawa lebih banyak kebaikan. Seberkah hari Jum'at yang dipilih sebagai hari pelaksanaan aksi damai. Umat Islam jadi tergugah hatinya untuk bersatu merapatkan barisan. Karena keterpecah belahan kita adalah sesuatu yang paling mereka, para pembenci dan musuh Islam inginkan. Terpecahnya kita adalah tiket kemenangan buat mereka sebab kita jadi lemah sehingga mudah untuk dikalahkan.


#sumber gambar: arrahmah.com

0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: