12/25/2015

Codex Alimentarius dan Kesempatan Memakmurkan Bumi

Sebagian kita mungkin akan jeri menelisik segala yang berbau Codex Alimentarius. Itu karena kita sudah kerap membaca artikel-artikel terkait yang menyoroti betapa berbahayanya Codex ini.

Mungkin ada juga di antara kita yang bergembira dengan munculnya Codex sebab dengan begitu makanan di seluruh dunia akan terjamin kualitasnya, sehingga tidak akan ada lagi kelaparan atau kasus keracunan makanan.

Atau, apakah Anda baru pertama kali mendengar kata 'Codex Alimentarius?'


Dua kata itu adalah Bahasa Latin yang secara harfiah berarti petunjuk/skrip/panduan (Codex) tentang nutrisi/makan/gizi (alimentarius). Cecara resmi, Codex Alimentarius adalah panduan atau standarisasi nutrisi internasional di bawah FAO (sayap pangan PBB). WHO juga punya peran dalam Codex ini.

Negara-negara yang menandatangani proyek penerapan Codex ini harus mematuhi segala peraturan terkait standarisasi (mutu) gizi yang telah disepakati. Akhir 2012 adalah jadwal awal pemberlakuannya. Namun begitu, hingga hari ini aku belum mendengar istilah-istilah terkait Codex dipromosikan oleh para pejabat negeri ini. Mungkin masih simpang siur atau aku yang ketinggalan banyak informasi.

Menepi dari sisi penerapannya, di atas kertas Codex adalah upaya untuk menjamin mutu bahan pangan dan nutrisi penduduk bumi. Bagi penggiat dan pendukung Codex, inilah kesempatan untuk meningkatkan mutu bahan makan, menjamin proses produksi, sehingga aneka nutisi di dalamnya akan memberi manfaat maksimal dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Codex akan menyingkirkan bahan pangan yang tidak layak konsumsi sesuai standar nilai mutu. Karena itu ia sangat penting dan berguna.

Dari kelompok penentang, Codex dianggap sebagai tangga menuju tirani pangan. WHO, FAO dan WTO hanya akanmenjadi pengacau masyarakat dunia yang pada kenyataannya, lebih banyak orang miskinnya. Dengan standarisasi mutu, harga-harga bahan pangan termasuk komoditas daging/peternakan juga vitamin akan melambung. 

Kenaikan harga yang tinggi membuat penduduk miskin sulit memperoleh bahan pangan yang memadai karena keterbatasan dana yang mereka miliki. Bahan-bahan bermutu tinggi itu hanya akan bisa didapat kalangan berduit banyak. Rakyat miskin dibiarkan sendiri lalu pelan-pelan mati akibat kekurangan gizi. Belum lagi, krisis energi dan pangan yang melanda dunia kita hari ini semakin melangitkan harga kebutuhan pokok manusia. Ini benar-benar diskriminasi. Codex Alimentarius adalah sebuah konspirasi untuk menguasai pangan sebagai tangga menuju depopulasi manusia.

Selain itu, Codex ini, meski disebut standarisasi mutu tetap akan mendatangkan bahaya bagi manusia. Bagaimana bila standarisasi itu menghendaki bahan pangan hasil rekayasa genetika (GMO) sebagai penentu mutu dan disebarkan ke seluruh bumi? Hewan-hewan ternak diberi hormon pertumbuhan untuk melipatgandakan hasil dalam waktu singkat? Bumi kita dibanjiri 'frankenfood' yang pelan tapi pasti akan mempengaruhi kinerja fisik dan jiwa kita. 

Agaknya ucapan Henry Kissinger, mantan menteri luar negeri Amrik 'control food and control the people' akan menemukan momentumnya di sini. Pangan menjadi salah satu alasan umum bagi seseorang untuk melakukan apapun. Begitu kendali pangan berada di satu pihak, dengan cara tertentu, dia akan bisa mendikte mereka yang bergantung pada pangan yang ada di bawah kekuasannya untuk melakukan apa yang dia mau. 

Dengan dua pendapat yang berseberangan itu, kurasa masih ada celah bagi kita untuk beraksi. Mengingat mendukung Codex bisa berubah menjadi mendukung tirani dan menentangnya bisa mendorong diri menjadi pesimis fatalis, maka alangkah baiknya kita manfaatkan celah sempit ini untuk memakmurkan bumi.



Iya, memakmurkan bumi adalah solusi yang pasti! Itu adalah perintah Allah bagi kita. Memakmurkan bumi dalam hubungannya dengan Codex Alimentarius adalah menanam pangan kita sendiri. Mulai dari yang kecil-kecil semisal sayuran atau buah tertentu. Negeri kita masih punya lahan yang luas. Bila kita mau melakukannya dengan petunjuk Al-Qur'an, negeri ini akan sangat mungkin menjadi 'surga' yang berkah bagi penduduknya. 



Menanam pangan sendiri akan memberi kita pengalaman, ketrampilan dan tentunya nutrisi yang terjamin kualitasnya. Karena, sebaik-baik nutrisi berasal dari makanan asli yang utuh. Insya Allah kita pasti bisa melakukannya.







Referensi / bacaan lebih lanjut: 


0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: