1/18/2016

Banjir Informasi dan Energi Menulis

Tulisan mencerminkan bacaan kita. Dalam bahasa Aa Gym kala beliau berjaya di udara dulu, teko akan selalu mengeluarkan apa yang dimasukkan ke dalamnya. Bila diisi teh, yang keluar nanti juga teh. Bila diisi jus mangga, keluarannya jus mangga juga. Begitu analogi beliau tentang ‘produk’ kita, baik berupa perkataan maupun tulisan. Apa yang kita tulis tidak akan berjauhan dari apa yang telah kita baca.

Yang sering kualami adalah lupa daratan bila sudah membaca. Akibatnya, semua yang telah terbaca tidak sempat diikat dalam tulisan mandiri karena sudah keburu capek atau ada hal lain yang harus kukerjakan. 
 
Banjir informasi dan energi menulis
Gerobak yang kelebihan muatan bisa jomplang begini, gimana kalau orang kebanjiran informasi? (gambar dari flickr.com)

Seperti dua hari terakhir ini. Satu diantara situs yang yang rajin kupantau, Realfarmacy, memposting artikel yang cukup banyak. Aku memang tidak selalu membaca satu per satu postingannya. Yang menjadi masalah adalah semua post dalam dua hari terakhir itu sangat menarik perhatianku. Sayang bila ada satu saja yang terlewat tidak terbaca. 

Inilah yang kumaksud dengan banjir informasi. Keadaan seperti ini kadang malah memicuku untuk menjadi kurang produktif dalam menulis. Energi sudah terlanjur habis untuk membaca dan untuk melakukan pekerjaan lain di rumah yang kejar tayang di rumah.

Kabar baiknya, semakin banyak dan beragam bahan bacaan terserap, semakin siagalah pikiran kita untuk memroses informasi yang baru masuk dan menempatkannya di ruang-ruang khusus dalam gambar besar sistem yang telah terbentuk di kepala kita. 

Membaca yang merupakan kegiatan konsumtif masih bisa mengahsilkan tambahan pengetahuan dan memercikkan ide-ide baru untuk dijabarkan. Pesan positif pengalaman semacam ini adalah tuntutan agar aku lebih bisa mengatur waktu agar seluruh tanggung jawab yang kuambil bisa terlaksana sebaik-baiknya. Juga, agar tidak ada waktu luang yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu, meski itu cuma berupa catatan singkat, diantaranya.

Bagaimana denganmu, kawan?

0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: