11/04/2016

Kehidupan di Dunia Memang Seperti Mimpi

Sambil menulis ini, saya telah berulang kali merasakan kenyataan hidup di dunia ini benar-benar seperti mimpi. Mimpi yang berlapis-lapis yang selalu gagal saya tembus lalu saya temukan kesejatiannya.

Saya melihat diri saya sendiri berada di belantara mimpi itu. Lalu orang-orang di sekitar, di manapun mereka berpijak, tidak lebih dari sekadar mimpi.

kehidupan dunia seperti mimpi

Beberapa waktu lalu saya temukan ceramah dahsyat dari Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani. Beliau terkenal sebagai penulis buku-buku best-seller bertema akhir zaman. Isinya tentang hidup di dunia yang tidak ubahnya seperti orang bermimpi.

Beliau mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. tentang hakikat hidup:

'An naasu niyamun, fa idza maatu intabahum'
Manusia itu dianggap sebagai sedang tertidur, justru ketika mati, baru kemudian mereka menyadari apa yang sedang terjadi.
Manusia di dunia dengan segala aktifitasnya, makan, minum, bekerja, bersepeda, bernyanyi, berjalan, berlari, bercakap-cakap, dll itu tidak ubahnya sedang tidur. Mereka sedang bermimpi. Mereka tidak sadar akan apa yang sedang mereka perbuat, tidak mengerti apa yang mereka rasakan.

Tahu-tahu ketika kematian menghampiri, orang akan tersadar dari mimpinya. Ketika jasad sudah ditimbun dalam kubur, alam kubur itulah tempat ia terbangun dan terjaga. Kenikmatan atau kesengsaraan yang akan dialaminya, adalah kenyataan yang tidak terbantahkan.

Bayangan surga dan neraka akan diperlihatkan di depannya. Dia akan tahu mana diantara keduanya yang akan menjadi tempat kembalinya. Karena alam kubur itu adalah persinggahan pertama, tempat transit sebelum perjalanan hidup yang sebenarnya berlanjut.

Yang pasti, alam kubur itu berbeda dari kuburan. Alam kubur alias alam barzah tidak bisa diindera. Sebagus apapun kuburan seseorang dibangun dan dihias, perlakuan itu tidak berpengaruh pada nasibnya di alam kubur.

Kata Rasulullah, sesiapa yang selamat dari siksaan kubur, dia kan selamat di etape berikutnya. Semua 'prosedur akhirat' akan mudah dilalui. Sebaliknya, jika alam kubur telah membuatnya tersiksa, itulah pertanda perjalanannya ke depan tidak akan mulus.

Sahabat Utsman bin Affan r.a. berkata kalau alam kubur itu lebih mencekam, lebih menakutkan daripada neraka. Di kubur itu kita sendirian, ditanyai oleh duo malaikat Munkar dan Nakir sendirian. Dan yang lebih mengerikannya, kita disiksa di alam kubur sendirian.

Itu jika kita tidak sanggup menjawab pertanyaan keduanya. Belum lagi, dalam suatu hadist, kedua malaikat itu akan menemui setiap manusia dalam rupa yang paling seram.

Sementara di neraka, betapapun hebatnya siksa yang diancamkan, manusia akan disiksa bersama-sama. Hingga ada ungkapan (dari Nietze kalau tidak salah): "better be a king in hell than a slave in heaven" - lebih baik jadi raja di neraka daripada jadi budak di surga. Mendingan jadi petinggi di neraka daripada menjadi orang rendahan di surga. Atau juga ungkapan-ungkapan sejenis yang bernada meremehkan siksa neraka. Mereka seolah menantang azab neraka.

Saya dulu selalu membayangkan azab kubur bila seseorang itu dalam kondisi sedang mandi di petang atau malam hari. di kamar mandi yang cukup sempit 1x 2 meter, lalu tiba-tiba listrik padam. Belum selesai mandi, pintu terkunci dari luar. Saya rasa keadaan ini sudah begitu menakutkan!

Semoga kita dijauhkan dari siksa kubur. Amiin...

2 comments:

  1. Terimakasih buat apresiasinya @Merlina..
    semoga sukses dengan bisnisnya!

    ReplyDelete
  2. oh, aku juga sering terbayang-bayang hal serem gitu :(

    ReplyDelete

I'd love to hear you saying something: