12/01/2016

Andai Logika Kekuatan Lebih Mendominasi Aksi 212 (Bela Islam Jilid III)

Akhirnya aksi bela Islam digelar lagi. Mungkin aksi esok hari akan lebih besar daripada aksi damai bela Qur'an/Islam jilid II 4 November 2016 lalu. Kalau aksi yang dulu dinamakan aksi damai, maka aksi besok akan lebih ditekankan menjadi super damai. Itu kata UBN, Ustadz Bachtiar Nasir sebagai ketua GNPF-MUI yang bertanggung jawab menjadi penyelenggara aksi.


Saya sepenuhnya percaya jika peserta aksi besok tidak ada yang punya niat membikin ribut suasana ibukota negara. Apalagi membuat onar, bahkan sampai merencanakan makar. Itu jauh dari karakter seorang muslim yang ikhlas.

Jika pun ada yang berbuat demikian, itu kemungkinan besar ulah penyusup yang punya maksud mengacaukan agenda aksi. Atau bisa pula, mereka memancing-mancing agar pecah keributan sehingga membuat sebagian peserta aksi hatinya memanas dan spontan bereaksi.

Ada yang menarik dalam pelaksanaan aksi besok. Aksi akan kembali digelar di hari Jum'at yang penuh berkah. Kalender sudah masuk ke bulan Rabi'ul Awal. Rasulullah yang mulia dilahirkan di bulan ini. Kecintaan kepada beliau seolah menjadi energi penyemangat yang tiada habis untuk membela Islam.

Besok juga bertepatan dengan tanggal 2 Desember sehingga dinamai aksi 212. Anda tahu siapa atau apa yang lekat dengan angka ini?

Angka dua satu dua menyiratkan makna di dalam kehidupan - dalam diri setiap manusia terdapat dua unsur ingat duniawi dan Tuhan!

Kalau saya, angka itu mengingatkan pada tokoh sentral dalam serial cerita silat Wiro Sableng. Saya tahu cerita itu gara-gara nemu sebuah novelnya di meja kakak sepupu saya. Kalau sekarang saya temukan beberapa blog yang memuat ulang serial itu secara lengkap.

Karena saya suka banget sama cerita misteri, saya pun memburu serial silat ini. Saya jadi tahu alur cerita dan karakter tokoh-tokohnya. Meski gayanya sableng, Wiro adalah sosok pendekar waras yang selalu membela kebenaran, membasmi kejahatan. Dia bukan seorang penakut apalagi pengecut. Dia punya kekuatan, punya kesaktian yang jika dia mau, bisa saja dipakai untuk melakukan kejahatan.

Wiro alias Pendekar 212 (dia punya senjata sakti berupa kapak bermata dua dengan guratan angka 212 di mata kapaknya) tidak mempergunakan logika kekuatan semata dalam menghadapi aneka permasalahan dalam pengembarannya. Btw, logo 212 dalam poster di atas sudah mirip dengan kapaknya Wiro :)

Logika kekuatan di sini bermakna, menyelesaikan apa-apa dengan kekuatan, tanpa peduli hal-hal lain, seperti lebih besar manfaat atau keburukankan yang akan mengiringinya.

Logika kekuatan Wiro umumnya tunduk pada kekuatan logika. Ada pemikiran mendalam terlebih dulu sebelum bertindak. Ada kejelasan mana lawan dan mana kawan. Kejelian penyelidikan siapa yang setia, siapa yang jadi ular berkepala dua alias pengkhianatnya.

Apa jadinya bila umat Islam memakai logika kekuatan dalam menuntut keadilan atas kasus Ahok? Penistaan agama adalah sebuah kasus yang besar dalam agama kami. Kasus yang membuat pelakunya pantas mendapat hukuman berat. Lalu umat ini bersabar.

Mereka membiarkan kasus ini agar ditangani secara hukum yang berlaku di negeri ini. Bukan dengan main hakim sendiri, bukan dengan langsung menghukum sang penista agama. Kalau logika kekuatan yang dipakai, sepertinya mudah bagi umat Islam untuk menghukum satu orang saja.

Tapi umat Islam masih bisa berpikir jernih. Kekuatan logika lebih mendominasi pemikiran umat, seemosional apapun mereka. Jika logika kekuatan yang dikedepankan, mungkin bahaya yang lebih besar akan menimpa umat Islam secara luas. Akan ada pro dan kontra.

Di balik pernyataan provokatif sang gubernur tersimpan banyak hikmah. Umat Islam bisa bersatu mengesampingkan perbedaan-perbedaan cabang dan terkomando dalam sebuah aksi damai. Jika logika kekuatan yang menjadi dominan, persatuan itu bisa saja pecah oleh perselisihan. Kebencian bisa merebak dan pertumpahan darah mungkin saja terjadi. Citra Islam dan umat Islam akan tercoreng oleh aksi yang tidak lagi damai. Umat yang sudah lemah kian tak berdaya.

Satu harap saya, semoga aksi super damai besok, aksi yang menjadi bagian dari syi'ar Islam itu sendiri berjalan sesuai rencana. Peserta aksi bisa menjaga sikap, demikian pula aparat dan pihak-pihak lain yang terlibat.

Tapi suatu saat jika suara umat benar-benar memantul ke telinga-telinga yang berlagak tuli, mungkin seorang klon Pendekar 212 perlu diutus untuk membuat perhitungan dan menjadi penyelesai masalah sehingga hati umat yang tersakiti kembali mendingin..

 #Sumber gambar: eramuslim.com

0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: