12/09/2015

Resep Penurun IQ Paling Laris

Hampir setiap orang punya satu kegiatan rutin wajib harian menggosok gigi. Bila sekali saja menggosok gigi terlewat, akan terasa sangat ketidakberesan di dalam mulut. Atau mungkin, bagi yang pernah mengalami sakit gigi, sakitnya akan kambuh.
Pasta gigi komersil

Hanya saja, pernah terpikirkankah bila pasta yang biasa kita pakai buat membersihkan gigi itu bisa menjadi perlengkapan harian yang berbahaya? Paling tidak, itu akan menjadi resep penurun IQ kita. 

Bagaimana bisa? Bukannya pasta gigi itu gencar dipromosikan sebagai satu dari sekian penunjang gaya hidup paling vital setiap hari? Tanpa pasta gigi kita tidak akan pede tersenyum lebar atau tertawa. Bicara pun bisa menjadi sesuatu yang memalukan gara-gara gigi kotor dan bau mulut. Lagipula, kalau pasta gigi itu berbahaya, kenapa enggak dicabut saja izin peredarannya?

Fluoride dan Kesehatan Kita

Sebenarnya, yang paling bermasalah bukan pasta giginya. Yang berbahaya adalah zat yang tersimpan di dalamnya. Yang paling ganas dalam formula pasta gigi komersil adalah FLUORIDE. Iya, fluoride yang kerap diunggul-unggulkan buat mencegah gigi berlubang itu.

Di antara akibat fluoride bagi manusia itu adalah:
  • Fluoride merusak enzim. Tanpa enzim, kita mati segera.
  • Fluoride mempercepat penuaan
  • Fluoride merusak kolagen
  • Fluoride merapuhkan tulang dan gigi, berkebalikan dari klaim umum yang beredar luas selama ini
  • Fluoride menurunkan kecerdasan (IQ)
Tentang penurunan IQ itu, coba simak hasil beberapa penelitian berikut:

Penelitian untuk mengetahui apa pengaruh paparan fluoride terhadap berkembangnya kecerdasan (IQ) yang rendah di Cina dalam 20 tahun terakhir menyimpulkan:

"Anak-anak yang tinggal di daerah yang terfluorosis terkena gejala pengembangan IQ yang rendah 5 kali lipat dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah non-fluorosis atau terkena efek fluorosis rendah." (Journal of Biological Trace Element Research, 2008)

Kalau hasil penelitian di Cina dianggap tidak beda dari produk buatan Cina yang kurang kredibel, maka yang datang dari Meksiko menyatakan hal senada:

Riset bertajuk 'Hubungan antara penurunan kecerdasan pada anak-anak dan paparan fluoride serta arsenik dalam air minum' menemukan penurunan IQ yang lebih dramatis yang dihubungkan dengan tingginya konsentrasi fluoride dalam air seni. (Pubmed, 2007)



Ada banyak lagi riset yang menyimpulkan hubungan buruk antara paparan fluoride dan kesehatan, silakan cari sendiri.

Antara Fluoride dan Fluorine

Fluoride itu adalah produk sampingan dari industri baja, alumunium, semen, pupuk, instalasi nuklir, dan yang sejenisnya. Pertama, kita mengenal FLUORINE (F) sebagai UNSUR bernomor atom 9, yang aslinya berwujud gas. F ini berupa trace mineral yang ada dalam nutrisi yang kita perlukan. 

Di alam, Fluorine tidak berdiri sendiri, tapi berikatan dengan unsur lain membentuk senyawa, berupa Kalsium Fluorida aka fluorit yang bentuknya kristal. 

Fluoride/Fluorida adalah ion negatif dari Fluorine, F-. Anion ini akan mudah bersenyawa dengan nyaris semua unsur. Senyawa fluoride banyak dipakai dalam aneka industri seperti di atas. 

Di Amrik, senyawa Asam Hidrofluorida ditambahkan ke persediaan air minum secara meluas. Sementara, yang  dipergunakan dalam pasta gigi itu adalah senyawa Natrium Fluorida (NaF) yang sejatinya adalah produk sampingan. Kalau di negeri ini, fluoridisasi air sepertinya tidak dan bukan kebijakan yang populer. entah suatu hari.


Pembuatan Na Fluorida - Wikipedia


Propaganda Fluoride

Bagaimana fluoride bisa menjadi populer dan terpercaya dalam penjagaan kesehatan, itu lebih dipengaruhi oleh sisi pemasaran yang menggila. Sejak era revolusi industri banyak pabrik yang kelabakan mencari cara untuk membuang produk sampingan, termasuk Fluoride. 

Parahnya, toksisitas fluoride telah diketahui sedari awal era revolusi industri. Zat ini membahayakan tumbuhan, hewan, dan manusia. Semakin tinggi pertumbuhan industri berarti semakin banyak pula produk sampingan yang dihasilkan. 

Mereka TAHU  jika fluoride berbahaya. Bila cedera serius akibat fluoride benar-benar terjadi, orang bisa memakai jalur hukum untuk menuntut pihak pabrik. Belum lagi bila terjadi tuntutan publik secara masal. Semua itu berpotensi meruntuhkan industri mereka, sumber pendapatan mereka. 

Awalnya, pabrik-pabrik itu dapat membuang sejumlah kecil produk sampingan mereka secara legal dengan MENJUALNYA ke industri lain, yaitu pabrik pembuat insektisida dan racun tikus. Tapi kan mereka tidak bisa melakukannya terus-terusan. Pabrik racun tikus tidak akan mampu menampung semuanya.

Lantas, di tahun 1930an ada iklan layanan masyarakat yang menyatakan jika Fluoride itu baik bagi gigi dan tulang. Entah bagaimana 'mereka' bisa menyimpulkan demikian, yang jelas masyarakat banyak terpengaruh olehnya.

Menurut Joel Griffith, seorang penulis bidang kesehatan, kesimpulan itu lebih cocok disebut kampanye disinformasi alias propaganda untuk menggiring opini publik. See, penggiringan opini publik seperti ini berlangsung tidak lama setelah terbitnya buku Propaganda-nya Edward Bernays tahun 1928. 

Selain itu, semasa Nazi Jerman belum terjengkang, mereka memasukkan fluoride dalam persediaan air masyarakatnya. Konon, tujuannya agar orang lebih mudah diatur dan dikendalikan.

Yang Beruang Tetap Menang

Mereka yang punya uang lebih banyak akan punya pengaruh lebih luas. Pihak industri, terutama aluminum berhasil bekerjasama dengan pemerintah Amrik untuk membuat dan menjalankan kebijakan memfluoridisasi persediaan air masyarakat.


Quote Dr. Yiamounuyiannis
Peneliti fluoride terbesar mungkin adalah mendiang Dr. John Yiamounuyiannis. Kalau fluoride lebih beracun daripada timbal dan sedikit di bawah arsenik, mengapa pula ditambahkan ke air, juga pasta gigi - padahal kan tidak mungkin kita membubuhkan timbal atau arsenik ke sana?

Bila  pun fluoride dalam jumlah kecil berbahaya, katakanlah bahaya itu kalah oleh manfaatnya. Bila satu orang hanya bisa menerima fluoride dalam dosis kecil yang 'aman', maka ratusan juta penduduk akan memerlukan Fluoride dalam jumlah besar. Industri tidak perlu kebingungan dalam menangani dan membuang produk sampingan berbahaya mereka. Masalah besar terpecahkan! 

Namun, masalah yang lebih besar menghadang di depan. Banyak ilmuwan yang kemudian meneliti fluoride dan menemukan ketidakberesan akibat paparan zat yang satu ini. 

Fluoride dalam Pasta Gigi Kita

Sudahkah Anda membaca ingredients dalam pasta gigi Anda?
Pepsodent Ingredients

Atau yang ini
Sensodyne Ingredients
Juga ini
Colgate Ingredients

Kecuali yang berlabel tanpa fluoride, Anda ketemu dengan fluoride kan? Natrium Fluoride aka Sodium Fluoride juga Sodium Monofluorophosphate. 

Meskipun itu cuma pasta gigi, yang akhirnya tidak kita telan, tetap saja ada kemungkinan fluoride akan masuk ke dalam tubuh kita. Atau, pada anak-anak, biasanya pasta gigi yang diberi rasa macam-macam buah itu, ada kemungkinan tertelan. Ini tentu lebih berbahaya.

Pro dan Kontra Fluoride

Tentu, ada banyak yang menyangkal keterkaitan antara fluoride dan banyak problema kesehatan, dan tetap bersikukuh jika fluoride dalam dosis tertentu itu menyehatkan, bahkan, dipakai untuk terapi lokal maupun sistemik (obat luar atau obat dalam).

Misalnya, Fluoxetine, zat aktif yang dipakai sebagai antidepresan (Prozac®) dan Fluocinolon Acetonide, kortikosteroid sebagai bahan aktif dalam salep. Zat aktif berfluoride lain yang dipakai dalam obat bisa Anda lihat di laman ini.

Solusi: Pasta Gigi Yang Lebih Ampuh dan Aman

Setelah bicara soal bahaya, tidak lengkap rasanya bila tidak menghadirkan solusinya.

Seandainya fluoride tidak berbahaya, kombinasi bahan dalam pasta gigi itu tetap berpotensi bahaya. Sodium Lauryl Sulfate (SLS), Triclosan, Potassium Nitrate, PEG, dan lain-lainnya, yang dibaca saja susah itu, adalah berbahaya juga. Semua itu bisa masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit, lalu menumpuk selama bertahun-tahun.

Kalau pun pasta gigi diludahkan, lalu ke mana larinya? Bukankah itu tetap jatuh ke tanah, kemudian mencemari air tanah, merembesi area yang lebih luas seiring dengan semakin banyaknya pasta gigi yang kita gunakan setiap harinya. Kurasa seperti itulah alurnya. Lingkungan kita pun tercemar.

Dikombinasikan dengan berbagai faktor lain seperti polusi, makanan tidak sehat, stres, gaya hidup yang kurang aktif semisal kebanyakan duduk, insektisida, radiasi gelombang elektromagnetik dan masih banyak lagi, kira-kira apa yang akan terjadi pada diri kita beberapa belas atau puluh tahun mendatang?

Kalau Anda masih kesulitan mencari produk pasta gigi non fluoride, sebenarnya kita bisa membuat pasta gigi sendiri. Caranya mudah. Tinggal Anda siapkan minyak kelapa dara (VCO) dan dicampur dengan baking soda hingga teksturnya menyerupai pasta. Kalau ingin yang lebih oke, bisa ditambah minyak esensial peppermint secukupnya dan garam laut yang ditumbuk halus. Ini bisa disimpan selama beberapa bulan.

Coconut Oil Toothpaste
image via coconutoil.com
Mau tetap setia memakai pasta gigi komersil atau beralih ke pasta gigi yang lebih alami, atau membuat sendiri, semua terserah kita.


0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: