11/06/2016

3 Jimat Jenderal Soedirman Untuk Mempertahankan Kemerdekaan

Sejarah buat saya adalah sebuah tema yang sangat menarik. Dari situ kita bisa melihat gambaran masa lalu dan membuat prediksi untuk masa depan.

Sejarah juga membuat kita merasa bangga dan berharga. Bangga di sini dalam arti yang positif, yaitu bangga yang akan mendorong kita untuk melestarikan semangat dan cita-cita orang-orang besar para pendahulu kita.

Saya suka banget membaca profil para pejuang. Saya bisa keranjingan dengan profil ulama-ulama mujahid di bumi yang hari ini sedang bergolak, Syria. Ada daya tarik tersendiri pada diri mereka. Kekaguman saya pada para pejuang dari dalam negeri sebetulnya sama. Di masa penjajahan hingga paska merdeka, jumlah mereka tidak sedikit. Satu diantara tokoh besar itu adalah Jenderal Soedirman.

Jenderal Soedirman jimat

Jenderal Sudirman --menulis nama dengan ejaan masa kini rasanya lebih mudah--, meski sudah lama saya kenal lewat buku pelajaran sejarah, namun kekaguman saya pada beliau muncul belakangan setelah saya ketahui riwayatnya yang lebih detil. Buku-buku sejarah sekuler sama sekali tidak menyebut kuatnya beliau dalam berpegang pada ajaran agama Islam.

Informasi ini saya ambil dari blognya Pak AM Waskito (Abisyakir), Pustaka Langit Biru. Pak AMW bercerita tentang jimat kesaktian Pak Dirman. Beliau dapatkan cerita itu dari seorang Kyai senior yang berceramah di sebuah masjid di daerah Wedi, Klaten, tahun lalu.

Pak Dirman dan pasukannya masuk daftar buronan Belanda, Inggris, dan sekutu mereka. Tapi, Pak Dirman serombongan selalu berhasil lolos dari pencarian, pengejaran, dan kepungan musuh. Walau saat itu kondisi Pak Dirman didera sakit, beliau tetap melanjutkan perjuangan memimpin anak buahnya. Mereka bergerilnya di beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan rute yang sulit dilalui.

Bahkan para pengusung tandu beliau pun penasaran. Lantas mereka bertanya kepada "Mas Kyai", panggilan akrab Pak Dirman, apa jimat yang beliau pakai.

Baca: Ustadz dan Ulama yang Dirindukan Umat
Sambil tersenyum kecil, Pak Dirman memberi jawab, "Saya selalu berperang dalam keadaan berwudhu."

Lalu pengakuan dilanjutkan dengan, "Saya selalu shalat (wajib) di awal waktu."

Terakhir, "Saya mencintai rakyat dengan tulus."

Ada juga yang mengaitkan sejarah Pak Dirman dan keberhasilannya mempertahankan kemerdekaan dengan cerita-cerita mistis. Beliau disebut membekal jimat, dalam arti harfiah: benda bertuah yang bisa mendatangkan keberuntungan bagi pemiliknya. Saya sendiri sulit menerima kebenaran dari berita seperti ini. Karena Pak Dirman punya latar keagamaan yang kuat, juga seorang santri dari pergerakan Muhammadiyah yang umumnya anti dengan benda-benda klenik.

Karena ucapan pak Dirman itu bukan omong kosong. Di sepanjang rute gerilya beliau akan selalu ditemukan gentong padasan tempat berwudhu. Bila membekal makanan, beliau memerintahkan anak buahnya untuk membagi-bagikan makanan itu ke penduduk sekitar lebih dulu.

Jadilah cinta beliau berbalas. Rakyat mencintai Pak Dirman, termasuk saya.

0 comments:

Post a Comment

I'd love to hear you saying something: